Friday, January 5, 2018

CARA BUDIDAYA IKAN NILA MUDAH

Budidaya ikan nila merupakan sebuah budidaya yang sudah tidak asing lagi di negara kita Indonesia. Hampir diseluruh daerah pasti ada yang membudidayakan jenis ikan ini. Karena ikan nila merupakan ikan yang memiliki pertumbuhan dan perkembangbiakan yang paling cepat daripada ikan lainnya.
Dikatakan pertumbuhan dan perkembangannya sangat cepat, karena para peternak ikan sudah merasakannya sendiri saat membudidayakan ikan nila ini. Sehingga panen untuk ikan nila ini tidak memakan waktu yang sangat lama.
Cara pembudidayaan ikan nila ini bisa menggunakan berbagai cara, seperti membudidayakan dengan tambak, kolam semen, kolam terpal, keramba, jaring apung, bahkan bisa di sawah dan di air yang payau ikan nila ini bisa tumbuh dan berkembangbiak dengan baik.
Pertumbuhan ikan nila bisa mencapai berat 1 kg per ekornya. Ikan nila memiliki tekstur daging yang enak. Oleh karena itu ikan ini merupakan ikan favorit bagi para peternak serta para pembelinya untuk dikonsumsi. Selain itu harga jual ikan nila ini di pasaran cukup tinggi.
Nah sekarang bagaimana cara memulai budidaya ikan nila? Di bawah ini akan dijelaskan langkah-langkah yang tepat untuk memulai budidaya ikan nila.
Contents [ hide ]
Menyiapkan Kolam Budidaya Ikan Nila
Cara Memilih Benih Ikan Nila
Penebaran Benih Ikan Nila
Pemeliharaan Budidaya Ikan Nila
Pengelolaan air
Pemberian pakan ikan nila
Pengendalian hama dan penyakit
Pemanenan ikan nila
Menyiapkan Kolam Budidaya Ikan Nila
kolam ikan nila
Kolam yang biasanya digunakan sebagai pembudidayaan ikan nila seperti yang sudah disinggung tadi, sangat-sangat fleksibel. Namun yang paling banyak digunakan untuk membudidayakan ikan nila biasanya menggunakan kolam yang terbuat dari tanah atau lebih tepatnya menggali tanah untuk dijadikan sebagai kolam.
BACA  Cara Praktis Budidaya Udang Hias Air Tawar
Perlu diketahui bahwa, tidak hanya ikan nila saja yang dibudidaya menggunakan kolam yang terbuat dari tanah, melainkan hampir semua jenis ikan air tawar dibudidayakan di kolam tanah. Seperti ikan lele, ikan gurame, ikan mujair, dan lain sebagainya.
Nah, lalu kenapa lebih banyak yang menggunakan kolam tanah untuk budidaya? Hal ini karena biaya untuk konstruksi pembuatan kolam dari tanah ini cukup murah dan proses pembuatannya juga lebih mudah dibandingkan yang lainnya.
Dan kelebihan-kelebihan yang diberikan oleh kolam dari tanah ini lebih banyak. Seperti terdapat hewan-hewan yang hidup yang juga sangat bermanfaat untuk pakan ikan nila, selain itu juga tumbuh berbagai tumbuhan yang bisa dijadikan pakan ternak ikan nila tersebut.
Selain itu dengan kolam pembudidayaan ikan nila yang terbuat dari tanah biasanya tumbuh lebih sehat dan cepat. Oleh karena itu pembudidaya ikan yang menggunakan kolam dari tanah tidak perlu banyak-banyak untuk membeli pakan ternak ikan nila.
Cara Memilih Benih Ikan Nila
benih ikan nila
Hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan adalah pada saat pemilihan benih ikan nila. Kenapa? Karena benih ikan nila yang bagus, juga merupakan sebuah faktor yang menentukan keberhasilan dalam pembudidayaan ikan nila nantinya.
Nah dalam memilih benih ikan nila yang lainnya juga pilih benih ikan nila yang berjenis kelamin laki-laki untuk mempunyai hasil yang maksimal, karena pertumbuhan ikan nila jantan lebih cepat 40% dari pada ikan nila yang berjenis kelamin betina.
Ikan nila memiliki sifat memijah atau melakukan perkawinan. Jadi membudidayakan ikan nila satu jenis kelamin lebih produktif dari pada yang dicampur. Karena jika dibudidayakan bercampur, ikan nila akan kehabisan energy untuk melakukan perkawinan dan bobot ikan sedikit terhambat.
BACA Panduan Praktis Budidaya Udang Vaname di Indonesia
Penebaran Benih Ikan Nila
penebaran bibit ikan nila
Umumnya ukuran air yang siap untuk digunakan dalam membididayakan ikan nila terisi air sedalam 60 sampai 75 cm. padat tebar kolam dari tanah untuk membudidayakan ikan nila sebanyak 15 sampai 30 ekor per meter persegi.
Dan ukuran ikan benih sebesar 10 sampai 20 gram per ekor. Dan standarnya untuk pemanenan biasanya ukuran ikan nila sudah mencapai lebih dari 300 gram per ekor.
Sebelum benih ikan nila ditebar, biasanya benih melakukan tahap pembiasaan adaptasi terlebih dahulu terhadap kondisi kolam. Supaya untuk mengurangi resiko kematian benih ikan nanti saat diterjukan atau ditebarkan ke dalam kolam.
Pemeliharaan Budidaya Ikan Nila
Setelah semua persiapan selesai dilakukan dan benih sudah ditebarkan ke dalam kolam, langkah selanjutnya adalah merawat ikan hingga usia panen. Tiga hal yang paling penting dalam pemeliharaan budidaya ikan nila adalah pengelolaan air, pemberian pakan dan pengendalian hama penyakit.
Pengelolaan Air
pengelolaan air ikan nila
Dalam melakukan budi daya ikan nila ini, air menjadi hal yang sangat penting untuk kelangsungan hidup ikan tersebut. Guna mengoptimalkan air perlu diketahui kandungan isi air, seperti kadar oksigen dan PH air. Bisa juga dilakukan pemantauan kadar CO2, NH3 dan H2S bila memungkinkan. Jika kandungan oksigen di dalam kolam menurun, maka sirkulasi air lebih dikencangkan lagi.
Jika kolam uda kotor dan ditandai dengan bau tak sedap, maka segeralah melakukan perbesihan kolam dengan cara menggantikan air. teknis nya, mula mula dibuang terlebih dahulu 2/3 air kotor dari kolam tersebut, kemudian dipenuhkan kembali dengan air bersih agar kolam kembali sehat dari hama penyakit.
BACA  Cara Mudah Budidaya Lobster Air Tawar untuk Pemula
Pemberian Pakan Ikan Nila
pakan ikan nila
Pakan sangat penting untuk budidaya nila, dan juga menjadi biaya paling mahal dibandingkan dengan komponen lainnya. perlu diketahui, untuk pelet ikan nila berupa pelet dengan kadar protein 20-30%.
Ikan nila membutuhkan pakan sebanyak 3% dari bobot tubuhnya setiap hari. Pemberian pakan bisa dilakukan pada pagi dan sore hari. Setiap dua minggu sekali, ambil sampel ikan nila secara acak kemudian timbang bobotnya. Lalu sesuaikan jumlah pakan yang harus diberikan.
Perhitungan dosis pakan budidaya ikan nila:
Dalam satu kolam terdapat 1500 ekor ikan nila berukuran 10-20 gram/ekor.
Rata-rata bobot ikan → (10+20)/2 = 15 gram/ekor.
Perhitungan pakannya → 15 x 1500 x 3% = 675 gram = 6,75 kg per hari
Cek bobot ikan setiap dua minggu untuk menyesuaikan jumlah pakan.
Pengendalian Hama Dan Penyakit
hama dan penyakit ikan nila
Seperti yang telah kita ketahui, ikan nila merupakan ikan yang tahan banting. Pada situasi normal, penyakit ikan nila tidak banyak mengkhawatirkan. Namun bila budidaya ikan nila sudah dilakukan secara intensif dan massal, resiko serangan penyakit harus diwaspadai.
Penyebaran penyakit ikan sangat cepat, khususnya untuk jenis penyakit infeksi yang menular. Media penularan biasanya melewati air. Jadi bisa menjangkau satu atau lebih kawasan kolam. Untuk penjelasan lebih jauh silahkan baca hama dan penyakit ikan nila.
Pemanenan Ikan Nila
panen ikan nila
Waktu yang diperlukan untuk budidaya ikan nila mulai dari penebaran benih hingga panen mengacu pada kebutuhan pasar. Ukuran ikan nila untuk pasar domestik berkisar 300-500 gram/ekor. Untuk memelihara ikan nila dari ukuran 10-20 gram hingga menjadi 300-500 gram dibutuhkan waktu sekitar 4-6 bulan.

Thursday, January 4, 2018

Makalah Budidaya Ikan Nila

MAKALAH BUDIDAYA IKAN NILA


KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, oleh karena berkat izin-Nya, karunia-Nya, dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dengan judul “
Manajemen Tata Lingkungan Pada Ikan Nila ” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun banyak mengalami kesulitan dan hambatan, tetapi karena adanya niat dan usaha serta tujuan untuk membangun diri sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan dalam penulisan makalah selanjutnya.
Akhirnya, penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini, khususnya kepada dosen mata kuliah ini yang telah memberikan petunjuk untuk mengerjakan
laporan ini.
Gorontalo,
Oktober
2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………...
1
1.2 Tujuan ................
…………………………………………...
2
1.3 Manfaat…………………………………………………...... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan morfologi...................................................… 3
2.2.Lokasi Dan Habitat................................................................ 4
2.2.1 Pemilihan Lokasi................................................................ 4
2.2.2 Persyaratan Lokasi ............................................................. 6
2.2.3 Habitat Ikan Nila ................................................................
6
2.3 Pemilihan Induk…………………………………………... 7
2.4 Teknik Pembenihan................................................................ 11
2.4.1 Persiapan Wadah Pemijahan...............................................
11
2.4.2proses Pemijahan.................................................................. 11
2.5 Pakan....................................................................................... 14
2.6 Hama Dan Penyakit................................................................ 15
BAB III PENUTUP
5.1 Kesimpulan……………………………………………….
18
5.2 Saran……………………………………………………...
18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia mempunyai sumberdaya alam yang merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan. Sebagai modal dasar, sumberdaya alam harus dimanfaatkan sepenuhnya. Kita harus mengetahui cara -cara yang tepat dalam mengelolanya agar kita dapat memanfaatkan dengan maksimal dan mengembangkan modal dasar tersebut makin besar manfaatnya, untuk pembangunan lebih di masa yang akan datang. Sebagai salah satu contoh dalam
memanfaatkan sumberdaya alam adalah membudidayakan ikan, salah satu contohnya adalah ikan nila.
Nila merupakan salah satu kelompok spesies budidaya terpenting di dunia. Menurut FAO (2005), total produksi global budidaya nila mencapai 1,7 juta metrik ton (mt) dengan total nilai sebesar 178 juta dollar Amerika. Produksi nila pada tahun 2009 di Indonesia mencapai 323.389 ton atau meningkat 11,12% dibandingkan tahun 2008 (Dirjen Budidaya, 2010). Nila sebagai komiditas ikan mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting sebagai penopang ekonomi masyarakat karena nila mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya; mudah di budidayakan, pertumbuhan relatif cepat, mudah berkembang biak, dan relatif tahan terhadap penyakit. Intensifikasi budidaya membawa dampak yang kurang baik terhadap kelestarian dan kesehatan lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan ini disebabkan karena limbah organik yang dihasilkan dari sisa pakan dan kotoran. Limbah organik tersebut umumnya didominasi oleh senyawa nitrogen anorganik yang beracun. Menurut Asaduzzaman et al . (2008) dan De Schryver
et al. (2008), tingginya penggunaan pakan buatan pada budidaya intensif menyebabkan pencemaran lingkungan dan peningkatan kasus penyakit. De Schryver et al . (2008) dan Crab et al. (2007) menyatakan bahwa ikan hanya menyerap sekitar 25% pakan yang diberikan, sedangkan 75% sisanya menetap sebagai limbah didalam air. Limbah dari pakan tersebut akan dimineralisasi oleh bakteri menjadi ammonia. Akumulasi ammonia dapat mencemari media budidaya bahkan dapat menyebabkan kematian (Avnimelech, 1999; Avnimelech, 2009).
Meskipun tergolong relatif mudah, budi daya ikan nila tetap memerlukan penanganan yang baik dan terencana. Hal yang pertama kali perlu dipersiapkan adalah pemilihan lokasi usaha karena dengan memilih/menyiapkan lokasi usaha yang tepat diharapkan usaha tersebut akan berjalan seperti yang diharapkan. Pemilihan lokasi usaha harus mempertimbangkan beberapa aspek, seperti aspek teknis ( berkaitan dengan teknis lahan sebagai wadah budidaya ikan baik tanah maupun airnya), aspek ekonomi (ekonomis terkait dengan pendukung pemasaran dan biaya produksi), dan faktor social (berkaitan dengan daya terima masyarakat sekitar lokasi budidaya ikan). sehingga selama proses budidaya tidak akan ditemui kendala yang akan menghambat usaha tersebut.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yakni :
Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang menentukan dalam pemilihan lokasi baik faktor teknis maupun non teknis.
Mahasiswa dapat mengetahui apa saja persyaratan lokasi budidaya ikan nila.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah  ini yakni :
1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami tentang
manajemen aquakultur tawar pada budidaya ikan nila.
2. Mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan manajemen aquakultur tawar pada masyarakat petani ikan yang membutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Nila
Gambar 1. Morfologi ikan nila
Secara umum klasifikasi ikan nila
menurut Suyanto (2003), adalah sebagi
berikut ;
Filum : Chordata,
Sub Filum : Vertebrata,
Kelas : Osteichtyes,
Sub Kelas :
Acanthopterigii,
Ordo :
Percomophy,
Sub Ordo :
Percoidea,
Famili :
Cichilidae,
Genus : Oreochromis,
Spesies : Oreochromis niloticus.
Menurut Saanin (1986), ikan nila mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut : bentuk tubuh panjang dan ramping, sisiknya besar berjumlah 24 buah, terdapat gurat sisi ( linea lateralis ) terputus-putus di bagian tengah badan kemudian berlanjut tetapi letaknya lebih kebawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada, matanya menonjol dan bagian tepinya berwarna putih. Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis tegak berjumlah 7-12 buah.
2.2  Lokasi Dan Habitat
Banyak factor yang mennentukan dalam pemlihan lokasi untuk usaha budidaya ikan, namun pada dasarnya dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu factor teknis dan non teknis ( http://sobijpk.blogspot.com ) :
Faktor teknis
Factor teknis adalah faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan terhadap kegiatan teknis budidaya ikan seperti sumber air, jenis tanah, limbah, dan kualitas air.
Sumber air
Lokasi budidaya ikan sebaiknya dekat dengan sumber air yang kontinuitasnya terjamin sepanjang tahun seta debitnya cukup dan kualitas airnya sesuai degan persyaratan ikan yang akan dibudidayakan, namun bebas dari pengaruh banjir. Sumber air ini biasa berasal dari sunggai, mata air, saluran irigasi, sumur atau waduk.
Jenis Tanah
Tanah dipilih yang tidak porus yaitu tanah liat atau lempung, sehingga kehilangan air karena filtrasi, rembesan dapat dihindari seminimal mungkin.
Jauh dari pembuangan limbah
Karena ikan sangat peka sekali terhadap lingkungan dan hidupnya tergantung sekali dengan kualitas air, maka hindarilah pemilihan lokasi yang sumber airnya tercemar, baik itu oleh limbah pabrik atau limbah rumah tangga, karena bisa megakibatkan kematian pada ikan.
Kualitas air
Sumber air untuk budidaya ikan harus memenuhi persyaratan kualitas ar yang sesuai, baik secara biologis, fisika maupun kimia. Yaitu air harus jernih tapi kaya akan pakan alami, tidak mengandung bahan-bahan yang beracun serta suhu, pH sesuai dengan jenis ikan yang dibudidayakan.
Faktor non teknis
Faktor non teknis adalah factor-factor yang tidak berpengaruh secara lagsung terhadap untung ruginya usaha dalam budidaya ikan, factor-factor tersebut di antaranya jauh dekatnya dengan lokasi pemasaran, sarana trasportasi, mudah tidaknya mendapatkan tenaga kerja, keamanan dan kemudahan memperoleh sarana produk serta kesesuaian dengan lingkungan social budidaya setempat.
Dekat dengan lokasi pemasaran
Jauh dekatnya lokasi budidaya dengan tempat pemasaran ini penting di perhatikan karena erat kaitannya dengan biaya yang dikeluwarkan untuk pengangkutan, yang akan berakibat pula pada harga jual ikan yang di produksi dan pada akhirnya berakibat pula pada kemampuan bersaingan di pasaran.
Dekat dengan sarana transportasi
Agar hasil ikan yang dibudidayakan mudah cepat dipasarkan, harus di perhatikan juga sarana trasportasi baik jalan maupun alat angkutnya, Hal ini pula berkaitan dengan prinsip ekonomi seperti halnya jauh dekatnya lokasi pemasaran dengan lokasi budidaya ikan ditambah dengan system pengepakan dan system pengangkutan yang harus digunakan.
Mudah mendapatkan tenaga kerja
Kemudahan dalam mendapatkan tenaga kerja pun harus di perhatikan, terutama dalam mendapatkan tenaga kerja yang professional dalam menangani ikan serta upah tenaga kerja yang murah,agar biaya produksi yang dikeluwarkan dapat di tekan seminimal mungkin.
Keamanan terjamin
Keamanan terjamin yang dimaksud di sini adalah keamanan yang dapat menggaggu kelancaran teknis budidaya seperi gangguan hama, gangguan dari orang atau kemungkinan terjadi bencana alam.
Mudah memperoleh sarana produksi
Agar kegiatan produksi dapat di tekan seminimal mungkin, maka memilih lokasi usaha harus mempertimbangkan dalam kemudahan memperoleh sarana produksi baik bibit atau benih, pakan, obat-obatan,peralatan dan lain-lain.
Lingkungan social budaya
Ligkungan social budaya pun mungkin untuk hal-hal tertentu perlu dipertimbangkan, misalnya sesuainya komoditas yang akan di budidayakan dengan lingkungan social budaya dan agama. Apakah tidak bertentangan dengan social budaya dan agama di daerah yang dipilih.
2.2.2 Persyaratan Lokasi Budidaya Ikan Nila
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3) Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/ alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm.
5) Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.
6) Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang
optimal adalah antara 7-8.
7) Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 o C.
8) Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
2.2.3 Habitat ikan nila
Lingkungan tumbuh (habitat) yang paling ideal adalah perairan air tawar yang memiliki suhu antara 14 o C – 38 oC, atau suhu optimal 25 oC – 30 oC. Keadaan suhu yang rendah yaitu suhu kurang dari 14 0 C ataupun suhu yang terlalu tinggi di atas 30 0 C akan menghambat pertumbuhan nila. Ikan nila memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan hidup. Keadaan pH air antara 5 – 11 dapat ditoleransi oleh ikan nila, tetapi pH yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan ikan ini adalah 7- 8. Ikan nila masih dapat tumbuh dalam keadaan air asin pada salinitas 0-35 ppt.
Oleh karena itu, ikan nila dapat dibudidayakan di perairan payau, tambak dan perairan laut, terutama untuk tujuan usaha pembesaran. Ikan nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan denganalkalinitas rendah atau netral. Pada lingkungan dengan pH rendah pertumbuhannya mengalami penurunan namun demikian ikan nila masih dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5-10.
Nila hidup di lingkungan air tawar, air
payau, dan air asin.Kadar garam air yang disukai antara 0-35 ppt. Pemindahan ikan nila secara mendadak ke dalam air yang kadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stress dan kematian ikan. Ikan nila adalah ikan air tawar yang dapat dipelihara di air asin namun pertumbuhan optimal ikan dapat terjadi pada kisaran salinitas tetap untuk menekan mortalitas ikan, maka dilakukan adaptasi secara bertahap hingga dapat beradapstasi dengan air pada lingkungan barunya. Adaptasi ikan nila pada air asin dilakukan dengan penambahan air laut setiap hari selama 5 ppt hingga mencapai 10 ppt. pada awal pemeliharaan ditambak ikan nila hasil adaptasi dari air tawar ke air asin mengalami pertumbuhan yang lambat hal ini disebabkan pada minggu awal atau bulan pertama ikan nila masih dalam penyesuaian terhadap kondisi lingkungan.
Kekeruhan air terlalu keruh tidak baik untuk kehidupan ikan. Bila kekeruhan disebabkan oleh plankton hal ini memang diharapkan namun bila kekeruhan akibat endapan lumpur yang terlalu tebal dan pekat hal itulah yang tidak diinginkan. Kandungan lumpur yang terlalu pekat didalam air akan mengganggu penglihatan ikan dalam air sehingga menjadi salah satu sebab kurangnya nafsu makan ikan. Selain itu benih yang masih berukuran sangat kecil akan terganggu pernafasannya karna lumpur akan ikut terpisah air dan trsangkut dalam insang ( http://hallonirma.blogspot.com ).
2.3 Pemilihan Induk Ikan Nila
Pengelolaan induk dalam kegiatan usaha pembenihan mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan, karena induk merupakan salah satu faktor utama yang akan menentukan kualitas dan kuantitas benih yang dihasilkan. Jumlah induk ikan nila pada suatu areal/kolam pemijahan ditentukan oleh induk jantan dan ukuran induk. Hal ini disebabkan sifat ikan nila memijah adalah dimana induk jantan akan membuat suatu daerah teritorial yang tidak boleh digangggu ikan lain. Jumlah ikan betina umumnya lebih banyak dari pada ikan jantan agar mudah memberi kesempatan pada jantan untuk dapat menemukan betina yang matang gonad. Ikan nila yang ukurannya masih kecil belum menampakkan perbedaan alat kelamin. Setelah mencapai bobot 50 - 60 g perbedaan kelamin sudah mulai dapat terlihat. Perbedaan berdasarkan jenis kelaminnya, ikan nila jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar dari pada ikan nila betina. Alat kelamin ikan nila jantan berupa tonjolan yang agak runcing yang berfungsi sebagai muara saluran urin dan saluran sperma yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan nila jantan akan mengeluarakan cairan bening. Sedangakan ikan nila betina mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak di depan anus. Perbedaan kelamin antara ikan nila jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Perbedaan antara ikan nila jantan dan betina
(Sumber : Trubus, 2011)
Bentuk hidung dan rahang belakang ikan nila jantan melebar dan berwarna biru muda. Pada ikan betina, bentuk hidung dan rahang belakang agak lancip dan berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila jantan berupa garis putus-putus. Sementara itu, pada ikan nila betina, garis berlanjut (tidak putus) dan melingkar (Khairuman dan Amri, 2007). Perbedaan antara ikan nila jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 1 (Mubinun, et al ., 2007).
Tabel 1 . Perbedaan Ikan Nila Jantan dan Betina
No Jantan Betina
1 Alat kelamin berupa tonjolan ( papilla ) dibelakang lubang anus. Pada tonjolam ini terdapat satu lubang untuk mengeluarkan sperma dan urine. Alat kelamin berupa tonjolan dibelakang anus. Pada tonjolan tersebut terdapat 2 lubang. Lubang yang pertama terletak di
dekat anus, berbentuk seperti bulan sabit dan berfungsi sebagai tempat keluarnya telur. Lubang yang kedua terletak di belakangnya, berbentuk bulat dan berfungsi sebagai tempat keluarnya urine
2 Warna badan lebih cerah Warna badan agak pucat
3 Warna sirip memerah terutama pada saat matang gonad dan menjadi lebih galak terhadap ikan jantan yang lain. Pada saat matang gonad bagian tepi sirip tidak berubah warna dan gerakannya lambat.
4 Kematangan gonad ikan nila diketahui dengan cara melakukan pengurutan perut kearah anus dan akan mengeluarkan cairans kental berwarna bening dan di sekitar perut sampai kepala bagian bawah berwarna merah. Kematangan gonad ikan diketahui dengan cara meraba perut dan pengamatan bagian anus, yaitu ditunjukkan dengan telur yang berwarna kuning kehijauan, bagian perut melebar, lunak jika diraba, bagian anus menonjol
dan kemerahan.
gtfffff
Keberhasilan Usaha pembenihan ikan nila sangat ditentukan oleh kualitas induk, secara umum ciri-ciri induk yang baik adalah sebagai berikut:
Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang tinggi.
Pertumbuhannya sangat cepat.
Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih perekor dan berumur sekitar 4-5 bulan.
Induk yang akan digunakan adalah induk yang siap memijah atau bakalan induk yang belum siap memijah. Induk yang berkualitas baik kondisi sehat, bentuk badan normal, sisik besar dan tersusun rapi, kepala relatif kecil dibandingkan dengan badan, badan tebal dan berwarna mengilap (tidak kusam), gerakan lincah dan memiliki respon yang baik terhadap pakan tambahan.
Tabel 2. Ciri-ciri Induk Jantan dan Induk Betina
Cirri-ciri Induk jantan Induk betina
Bentuk tubuh Lebih tinggi dan membulat Lebih rendah dan memanjang
Warna tubuh Lebih cerah Lebih gelap
Jumlah lubang kelamin Satu lubang (untuk mengeluarkan sperma sekaligus air seni) Dua lubang :
1. Untuk mengeluarkan telur
2. Untuk mengeluarkan air seni
Bentuk kelamin Tonjolan agak meruncing Tidak menonjol dan berbentuk bulat
Warna sirip ekor Didominasi warna merah Hitam
Sumber : Judantari, 2008
Sedangkan menurut SNI 01- 6138 - 1999 Kriteria kuantitatif sifat reproduksi
dapat dilihat pada Tabel 3.
SATUAN JENIS KELAMIN
JANTAN BETINA
Bulan 6-14 6-14
total Cm 16 – 25 14-20
buh G 400 – 600 300 – 450
itas Butir/ekor - 1.000 - 2.000
er Telur mm - 2,5 - 3,1
Sumber: SNI 01-6138-1999
Induk Ikan Nila Hitam ( Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Induk Pokok.
2.4 Teknik Pembenihan
2.4.1 Persiapan Wadah Pemijahan
Pada lokasi calon pembenihan terdapat sumber air yamg memadai secara teknis, tersedia sepanjang tahun. Setidaknya, pada pemeliharaan benih, debit air yang dibutuhkan berkisar 0.5 liter/detik. Nila dapat hidup pada suhu 25-30 0 C; pH air 6.5 – 8.5; oksigen terlarut > 4 mg/I dan kadar ammoniak (NH3) < 0.01 mg/I; kecerahan kolam hingga 50 cm. selain itu ikan Nila juga hidup dalam perairan agak tenang dan kedalaman yang cukup Kolam pemijahan dapat dibuat berdinding beton.
Kolam pemijahan nila yang berdasar tanah disukai nila karena banyak dihuni plankton dan tumbuhan air kecilyang menjadi pakan tambahan. Dasar kolam tanah juga memudahkan nila jantan membuat cekungan untuk memijah.
Untuk kolam pemijahan, padat tebar disarankan 1 – 3 ekor / m². Satu paket
induk berjumlah 300 ekor. Sistem paket diberlakukan untuk menekan laju penurunan mutu benih yang dihasilkan bila keturunannya dijadikan induk kembali setelah melalui seleksi ketat.
Bila induk yang dipijahkan sebanyak 1 paket, luasan kolam yang dibutuhkan sekitar 100 – 300 m². Ketinggian air sekitar 75 cm dengan tinggi kolam sekitar 1 m. Debit air nila cukup 1 liter / detik. Jika terlalu deras nila tidak nyaman memijah. Air yang mengalir diperlukan untuk mengganti penguapan yang terjadi.
Gambar 2. Kolam Pemijahan
2.4.2 Proses Pemijahan
Ikan Nila dapat berkembang biak secara optimal pada suhu 20 – 30 0 C. Ikan
nila bersifat mengerami telurnya di dalam mulut sampai menetas kurang lebih 4 hari
dan mengasuh larvanya ± 14 hari sampai larva dapat berenang bebas diperairan, mengerami telur dan mengasuh larva dilakukan oleh induk betina. Nila dapat dipijahkan setelah mencapai berat 100 gr/ekor. Secara alami nila memijah pada sarang yang dibuat oleh ikan jantan di dasar kolam, sehingga diperlukan dasar kolam yang berlumpur. Pemijahan ikan nila berdasarkan pengelolaannya dibedakan beberapa sistim antara lain:
Pemijahan Secara Tradisional/Alami
Pemijahan secara alami dapat dilakukan di kolam. Ikan nila membutuhkan
sarang dalam proses pemijahan. Sarang di buat di dasar kolam oleh induk jantan untuk memikat induk betina tempat bercumbu dan memijah, sekaligus merupakan wilayah teritorialnya yang tidak boleh diganggu oleh pasangan lain. Kegiatan pemijahan alami meliputi antara lain;
Persiapan Kolam
Kolam pemijahan luasnya harus disesuaikan dengan jumlah induk yang akan
dipijahkan. Perbandingan jantan dan betina adalah 1 : 3 ukuran 250 - 500 gr perekor. Dengan padat penebaran 1 ekor/m2. Hal ini berdasarkan sifat ikan jantan yang membuat sarang berbentuk kobakan didasar kolam dengan diameter kira-kira 50 cm dan akan mempertahankan kobakan tersebut dari ikan jantan lainnya. Kobakan tersebut akan digunakan ikan jantan untuk memikat ikan betina dalam pemijahan. Oleh karena itu jumlah ikan jantan setiap luasan kolam tergantung pada berapa banyak kemungkinan kobakan yang dapat dibuat oleh ikan jantan pada dasar kolam tersebut. Dinding kolam diupayakan kokoh dan tidak ada yang bocor agar mampu menahan air kolam. Kedalam air kolam 70 cm. Dasar kolam dilakukan pengolahan, pembuatan kemalir, pemupukan dan pengapuran.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana dasar kolam berlumpur untuk pembuatan sarang dan meningkatkan kesuburannya agar cukup tersedia pakan
alami untuk konsumsi induk dan larva hasil pemijahan. Pemupukan dapat diberikan pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk buatan atau kombinasi dari ketiga macam pupuk tersebut. Pengapuran dilakukan untuk mengendalikan hama, penyakit dan parasit larva ikan serta meningkatkan.
Kualitas air
Kualitas air yang sesuai yaitu oksigen terlarut > 5 ppm, pH > 5, suhu 20 -30 0 C
dan NH3 < 1 ppm. Untuk menciptakan kondisi seperti tersebut, pengairan kolam harus dilakukan dengan pengaturan yang baik. Air pemasukan terus menerus dialirkan dengan debit 2 - 5 liter/ menit untuk luasan kolam 200 m 2 .
Pemberian pakan
Meskipun kolam telah di pupuk dan tumbuh subur pakan alami, pemberian
pakan tambahan mutlak di perlukan. Pemberian pakan tambahan dimaksudkan untuk menjaga stabilitas produktifitas induk karena selama masa inkubasi telur 3-4 hari induk berpuasa sehingga pada proses pemijahan harus cukup cadangan energy dari pakan ikan. Pakan tambahan dapat berbentuk dedak, bungkil kedelai, bungkil kacang atau pellet. Pellet dapat diberikan 3 - 6 % per hari dari bobot induk. Selama proses pemijahan ± 7 hari dan pasca inkubasi telur yaitu setelah hari ke 8 - 12.
Pemijahan Secara Intensif
Metoda ini dilakukan pada kolam yang didesain sedemikian rupa sehingga setelah pemijahan selesai dapat dipisahkan antara induk jantan, induk betina dan larva ikan dalam kolam yang berbeda, dengan demikian pemanenan larva relative mudah dilakukan dan induk akan lebih produktif karena tidak sering terganggu yang dapat menimbulkan stres dan kematian pada induk.
Persiapan kolam
Kolam pemijahan dibuat dari pagar bambu yang bersekat-sekat antara kolam
jantan, kolam betina dan kolam larva. Kolam induk jantan (lingkaran I) hanya dapat dimasuki ikan betina yang berukuran lebih kecil dari ikan jantan, kolam induk betina (lingkaran II) hanya dapat dilalui larva sedang induk betina tidak dapat keluar dari sekat, dan kolam larva (III) untuk menangkap larva yang dihasilkan. Pengolahan dasar kolam dilakukan seperti pada persiapan kolam pemijahan alami.
Proses pemijahan
Apabila konstruksi kolam berbentuk lingkaran dengan diameter kolam I adalah 4 meter dan kolam II adalah 10 meter, serta luas kolam III adalah 44 meter persegi, maka padat penebaran induk adalah antara 250 - 300 ekor induk betina bobot ± 250 gr/ekor dan 40 ekor jantan bobot > 500 gr/ekor.
Induk ikan pada saat pemijahan menempati kolam I. Setelah proses pemijahan berlangsung dan telur telah menetas, induk betina akan keluar dari kolam I ke kolam II untuk mengasuh anaknya. Di kolam II ini larva tumbuh sampai ukuran ± 1 cm, selanjutnya larva akan masuk ke kolam III, sedangkan induk betina tetap pada kolam II karena ada sekat. Kolam III hanya dapat di masuki oleh larva dari kolam II ke kolam III, larva akan terusir dari kolam II, karena terganggu oleh induk betina yang ada.
Pemeliharaan
Pemeliharaan induk dilakukan dengan pemberian pakan tambahan 3 - 6 %
perhari dari bobot ikan. Pemberian pakan dilakukan sesuai yang dibutuhkan oleh induk dan larva.
2.5 Pakan
Pakan sangat berperan dalam pertumbuhan ikan, agar pakan yang diberikan optimal maka jumlah harus tersedia cukup, kualitasnya memadai serta sesuai dengan jenis atau pun bentuknya. Juga waktu, frekuensi, dan cara pemberiannya yang tepat ( http://sobijpk.blogspot.com ) :
Kandungan pakan ikan
Pakan yang dimakan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk memelihara tubuh dan menganti alat-alat tubuh yang rusak, kelebihannya baru digunakaan untuk pertumbuhan. Pakan ikan yang diberikan harus menggunakan protein, karbohidrat dan lemak, zat makanan ini akan di ubah mejadi energi. Protein merupakan sumber energi utama, kandungan protein pada pakan harus berkisar antara 28-30% (Hapher, 1975)
Jumlah pakan yang diberikan
Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan. Bila pakan yang diberikan kurang dari yang di butuhkan kemungkinan yang terjadi adalah pakan tersebut hanya digunakan hanya untuk memprtahankan kondisi tubuh saja sedangkan bila berlebihan ikan tidak akan menghabiskannya, sehingga terjadi pembusukan sisa pakan. Menurut Admadja dkk (1985) pemberian pakan perhari adalah 2-5% dari bobot ikan yang dipelihara.
Jenis pakan ikan
Jenis pakan ikan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu pakan alami dan buatan. Pakan alami adalah pakan yang diberikan pada ikan yang wujudnya masih asli. Keadannya bias hidup, mati, segar ataupun awetan, contohnya: infusoria, daphnia, jenis yamuk, cacing, jangkrik, bekicot, dan lain-lain. Pakan buata adalah pakan yang diberikan pada ikan yang wujud asalnya tidak nampak lagi. Pakan buatan ini umumnya sudah diramu sehingga bahan lebih dari satu jenis dan kandungan nutrisinya bias diatur oleh pembuatnya.
Bentuk pakan ikan
Bentuk pakan yang dimaksud adalah bentuk pakan buatan, karena pakan buatan bias dibentuk sesuai keinginana pembuat dan peruntuknya. Macam-macam bentuk pakan ikan ini diantaranya adalah bentuk emulsi, pasta, tepung, flek, butiran, remah, pellet.
Waktu dan frekuensi pemberian pakan
Waktu frekuensi pemberian pakan untuk ikan yang dipelihara secara intensif seperti di jaring apung dan kolam air deras pemberiannya rata-rata 5 kali sehari. Sedangkan ika yang di pelihara secara semi intesif pemberian pakan 3 kali sehari. Untuk ikan yang di pelihara secara tradisional umumnya hanya mengandalkan paka alami yang ada dikolam, bila diberipakan pun hanya sekali-sekali saja dan waktunya pun tidak tentu.
Cara pemberian pakan
Cara pemberian pakan ikan ada bermacam-macam di antaranya dengan automatic deman feeder, ditebar, dihamparan. Macam-macam cara pemberian pakan itu tegantung dari jenis dan ukuran ikan yang dipelihara.
2.6 Hama dan Penyakit
Ikan nila termasuk jenis ikan yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Menurut Khairuman dan Amri ( 2007), hama dan peyakit ikan nila adalah sebagai berikut:
Hama
Bebeasan ( Notonecta)
Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkanminyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
Ucrit ( Larva cybister )
Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. pengendalian: sulit
diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
Kodok
Makan telur telur ikan.
Pengendalian: sering membuang telur yang mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.
Ular
Menyerang benih dan ikan kecil.
Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran kolam
Lingsang
Memakan ikan pada malam hari.
Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
Burung
Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.
Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang.
Penyakit
Ada 2 (dua) faktor yang dapat menyebabkan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) terserang penyakit.
Penyakit yang disebabkan oleh gangguan jasad hidup (parasiter).
Penyakit yang disebabkan oleh faktor fisik dan kimia perairan (nonparasiter)
Berikut ini adalah jenis-jenis penyakit pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) dan penanganannya.
Bintik putih (white spot)
Penyakit ini disebabkan oleh organisme (ichthyopthirius sp) yang dapat mengakibatkan tubuh pucat, mengeluarkan lendir yang banyak dan menghambat pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan merendam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) kedalam larutan methylene blue atau larutan NaCl sebanyak 1-3 g / 100 ml air bersih dan lamanya perendaman adalah 5-10 menit.
Lernea
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis cacing (Lernea) yang dapat mengakibatkan tubuh kurus dan menghambat pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan merendam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) kedalam larutan formalin 2,5 ml yang dicampur 100 liter air bersih dan lamanya perendaman adalah 10 menit.
Cacing insang dan Cacing kulit.
Penyakit ini disebabkan oleh parasit Dactylogyrus dan parasit Gyrodactylus yang dapat mengakibatkan tubuh pucat, mengeluarkan lendir yang banyak dan membuat Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) sering meloncat kepermukaan air.
Bercak merah
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Aeromonas Sp. yang dapat mengakibatkan kehilangan lendir, lemah dan nafas megap-megap waktu berenang serta membuat Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) sering meloncat kepermukaan air. Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan merendam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) kedalam larutan antibiotik tetracycline atau kemicitine yang berbentuk kapsul yang cicampur 500 liter air bersih dan lamanya perendaman adalah 2 jam.
Trichodina sp.
Penyakit ini disebabkan oleh parasit Trichodina sp. yang dapat mengakibatkan luka-luka, kerusakan organ dan biasanya disertai infesi sekunder pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan merendam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) kedalam larutan NaCl sebanyak 500-1000 mg / liter air bersih selama 24 jam.
Saprolegniasis
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Saprolegnia sp. yang dapat menyerang organ luar, seperti kepala, tutup insang dan bagian tubuh luar lainnya pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan merendam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) kedalam larutan malachite green oxalate sebanyak 1 mg / liter air bersih selama 1 jam.
Epistylis
Penyakit ini disebabkan oleh parasit Epistylis sp. yang dapat mengakibatkan insang berwarna merah kecokelatan, sukar bernafas, sukar bergerak, kerusakan pada kulit dan menghambat pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan merendam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) kedalam larutan Chloroquin Diphospat sebanyak 1,1 mg / liter air bersih selama 48 jam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam melakukan budidaya ikan nila factor-faktor yang perlu diperhatikan pada dasarnya dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu factor teknis dan non teknis. Selain itu agar budidaya ikan nila dapat berhasil maka yang perlu diperhatikan juga adalah pemlihan lokasi yakni sebagai berikut :
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3) Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm.
5) Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.
6) Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang
optimal adalah antara 7-8.
7) Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30o C.
8) Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih…..
DAFTAR PUSTAKA
Avnimelech, Y. 1999. C/N Ratio As a Control Element in Aquaculture Systems.
Aquaculture, 176: 227-235.
Crab, R., Y. Avnimelech, T. Defoirdt, P. Bossier, and W. Verstraete. 2007. Nitrogen
Removal Techniques in Aquaculture for Sustainable Production. Aquaculture,
270: 1-14.
De Schryver, P., R. Crab, T. Defoirdt, N. Boon, and W. Verstraete. 2008. The Basics of
Bio-Flocs Technology: The Added Value for Aquaculture. Aquaculture, 277:
125–137.
http://hallonirma.blogspot.com/2013/06/evaluasi-kelayakan-lahan-untuk-budidaya.html
http://pusatnilacrb.blogspot.com/2011/04/penyakit-ikan-nila.html
http://sobijpk.blogspot.com/2010/12/pemilihan-lokasi-budidaya-ikan.html
Judantari, Sri. Khairuman dan Amri, Khairul. 2008. Nila Nirwana Prospek Bisnis dan
Teknik Budidaya Nila Unggul. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Khairuman dan Amri. K. 2007. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agro Media
Pustaka. Jakarta.
Mubinun, Jannah. M, Harahap. I. M, Handoyo. B, Takano. M. 2007. Manual Produksi
Induk Ikan Nila. Departemen Kelautan Dan Perikanan Direktorat Jendral
Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Tawar Jambi Dan Japan
Internasional Cooperation Agency Freshwater Aquakultur
Development Project.
Saanin, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta. 520 hal.
Standar Nasional Indonesia 01-6141-1999. 2005. Produksi Benih Ikan Nila Hitam
( Oreochromis niloticus Bleeker ) Kelas Benih Sebar. Direktorat Perbenihan,
Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Suyanto, S.R., 2003. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta. 105 halaman.
Trubus Exo. 2011. Panen 60 Kg per m² , Nila.
PT. Trubus Swadaya. Jakarta

PENGAMATAN BUDIDAYA IKAN LELE DI KERAMBA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Budidaya ikan adalah salah satu cara untuk mengembangbiakkan baik di kolam sawah sebagai mina padi maupun dengan keramba yang belum dikembangkan di semua daerah.Budidaya ikan dalam keramba ini, timbul karena suatu kebetulan, yang semula dilakukan oleh pedagang ikan hidup di daerah Bandung untuk menampung ikan dagangannya yang belum laku dijual. Ikan-ikan tersebut disimpan di dalam keramba dekat rumah mereka. Akan tetapi ikan-ikan, tersebut , tetap hidup dan bahkan bertambah besar, sehingga hal ini menimbulkan niat para pedagang untuk membudidayakan ikan dalam keramba. Budidaya ikan dalam keramba ini juga dianjurkan untuk menunjang kegiatan usaha perbaikan gizi keluarga. khususnya untuk daerah-daerah yang dekat dengan perairan untuk (sungai, danau dan rawa-rawa).
Peran Budidaya Dalam Keramba , Budidaya ikan dalam keramba sangat berperan dalam membantu melestarikan sumber air  ini di perairan umum, karena penangkapan yang dilakukan secara terus menerus akan mengganggu kelestarian di perairan tersebut. Penangkapan ikan pada umumnya dilakukan tanpa memperhatikan ukuran ikan. Dengan adanya sistim budidaya ikan dalam keramba, maka diharapkan anak-anak ikan yang ikut tertangkap akan dibudidayakan, sehingga akan mempunyai nilai ekonomi  yang tinggi dibandingkan bila ditangkap waktu masih kecil Budidaya ikan lele sangat diminati para petani/nelayan karena pasarnya yang terus berkembang. Pemerintah juga gencar memberikan dukungan melalui riset benih lele unggul  dan kampanye gerakan makan ikan. Sehingga bermunculan sentra-sentra budidaya ikan lele di sejumlah daerah.
Untuk mendapatkan keuntungan maksimal, budidaya ikan lele sebaiknya tidak dilakukan secara sampingan atau sekadar kegiatan subsisten. Ikan lele sanggup hidup dalam kepadatan tebar yang tinggi dan memiliki rasio pemberian pakan berbanding pertumbuhan daging yang baik. Oleh karena itu, usaha budidaya ikan lele akan memberikan keuntungan lebih apabila dilakukan secara intensif.
Terdapat dua segmen usaha budidaya ikan lele, yaitu segmen pembenihan dan segmen pembesaran. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas budidaya ikan lele segmen pembesaran. Berikut kami uraikan tahap-tahap persiapannya. Hal yang perlu diperhatikan dalam Cara Budidaya Pembesaran Ikan Lele adalah persiapan kolam. Kolam disiapkan untuk wadah pembesaran hingga nantinya didapatkan lingkungan yang optimal bagi kehidupan ikan. Tujuan akhirnya agar ikan lele dapat hidup dan tumbuh maksimal. Persiapan kolam Cara Budidaya Pembesaran Ikan Lele pada umumnya meliputi pengeringan, pengolahan dasar kolam, pengangkatan lumpur hitam, perbaikan pematang dan saluran air, pengapuran, pemupukan, serta pengisian air kolam.
1.2.  Tujuan
Tujuan dari penyusunan paper ini, agar kita mengetahui bagaimana cara penerapan sistem budidaya perairan yang baik khusus dalam paper ini akan membahas penerapan  sistem budidaya perairan pada media keramba.

1.3.  Metoda Penyusunan
Metoda dalam penyusunan paper ini, terlebih dahulu telah dilakukan pegamatan penerapan sistem budidaya perairan dengan media keramba di Daerah Rumbai,  Pekanbaru, disekitar Danau Buatan Kayangan. Setelah dilakukan pengamatan, lalu  melakukan proses Interview terhadap pemilik keramba tersebut.  Berikut data pribadi pemilik keramba tersebut :
Nama : Ahmad Raffli
Umur : 38
Agama : Islam
Alamat : Daerah Rumbai, dekat Danau buatan Kayangan, Pekanbaru
Kemudian semua keterangan yang diberikan pada proses interview ditulis kembali dalam catatan sementara. Setelah semua data/ keterangan yang berkaitan dengan  penerapan sistem budidaya perairan dengan media keramba, lalu kita mengambil gambar yang berkaitan dengan hal tersebut untuk dijadikan lampiran pada papernya nanti. Setelah selesai dilakukan pengamatan, maka penulis menyususun semua informasi/ data kedalam suatu paper untuk dipaparkan.







BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Deskripsi dan Klasifikasi

Ikan lele (Clarias sp) merupakan salah satu jenis ikan konsumsi air tawar. Ikan lele termasuk ikan jenis catfish atau kata lain ikan yang memiliki kumis. Ciri dari ikan lele yaitu  bentuk tubuh memanjang dan agak bulat, pada sirip dada terdapat duri yang keras dan  runcing/tajam (patil), warna tubuh belang dengan kepala pipih dan terdapat kumis serta licin karena tidak memiliki sisik. Kemudin ikan ini memiliki alat pernafasan tambahan berupa dari modifikasi dari busur insangnya yaitu arborescent. Dibeberapa daerah ikan lele mempunyai banyak nama. Antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Aceh), ikan sibakut (Karo), ikan pintet (Banjarmasin), ikan keling (Makassar), ikan lele atau lindi (Semarang).
Klasfikasi :
Filum   : Chordata
Kelas   : Pisces
Ordo   : Ostariophysi
Famili   : Clariidae
Genus   : Clarias
Spesies : Clarias sp

2.2. Hasil Kunjungan Lapangan
Berikut adalah data maupun informasi pengamatan penerapan sistem budidaya
perairan pada media keramba :
1. Bentuk dan Ukuran Wadah Budidaya
Bentuk Keramba : Persegi Panjang
Ukuran Wadah Keramba : Panjang : 8, Lebar : 16.
2. Pengelolaan Tanah Dasar
Pengelolan tanah dasar dilakukan pengapuran, yang bertujuan untuk membunuh hama, parasit, dan penyakit ikan. Pemberian kapur disebar merata di permukaan tanah dasar keramba. Setelah pengapuran selesai, tanah dasar kolam dibalik dengan menggunakan cangkul. Semakin rendah pH tanah maka kebutuhan kapur semakin banyak.
3. Penebaran Benih
Jenis Ikan   : Ikan  Lele ( Clarias bathracus )
Padat Tebar  : 20.000 bibit
Cara Penebaran : Mengapung
Waktu   : Pagi
4. Pemberian Pakan
Jenis Pakan    : Berupa pelet
Waktu    : Pagi, siang dan malam
Jumlah Berapa Kali Sehari  : 3 kali sehari ( pagi, siang dan malam )

5. Jenis Hama Yang Ada
Jenis Hama  : Jamur
Penyakit  : Penyakit Kulit, borok dll
Cara Penanggulangan : garam = 1 Keramba = 1 karung garam ( 50 kg )
Obat Penanggulangan : Obat Intropis dan garam.
6. Panen
Masa Panen  : Maksimun : 2 kali sebulan, minimum : 50 Hari
Cara Panen  : Dengan cara menarik jaring keramba ketepi kolam
Tingkat Produksi : 5 ½ ton sekali panen
7. Pemasaran
Tempat Pemasaran  :pada pasar-pasar pusat kota Pekanbaru.
Harga   : 14.000 ribu / Kg.
Keuntungan  : 5 juta sekali panen.
8. Keadaan Kualitas Air
Derajat Keasaman (pH) : 6.5
Suhu    : 20 C





2.3.  Permasalahan dan Solusi
Setelah selesai melakukan proses pengamatan, didapatkan bahwa para petani/ nelayan ikan banyak mengeluhkan, masalah penyakit yang sering menyerang ikan, seperti : Penyakit  jamur pada ikan, bintik putih pada tubuh ikan, borok dan cacar pada ikan. Kemudian setelah itu, saya mencoba mengalisa keluhan dari para petani atau nelayan tersebut. Yang pertama penyakit jamur pada ikan. Penyakit yang disebabkan jamur umumnya menyerang ikan air tawar pada kolam organik. Penyakit pada ikan lele ini tidak menyerang lele yang sehat namun hanya menyerang ikan yang sedang sakit atau terluka serta dalam kondisi lemah.Ciri-cirinya muncul serabut putih seperti kapas di sekitar bagian tubuh ikan yang terluka. Penyakit jenis ini juga bisa terdapat pada semua jenis ikan air tawar.
Bahan-bahan :
 Garam dapur
 5 liter air bersih
 1 botol cuka
Campurkan semua bahan di atas kemudian taburkan secara merata pada kolam ikan  organik milik anda. Ramuan obat di atas juga bisa digunakan untuk mengatasi penyakit pada ikan air tawar lain. Yang kedua Bintik putih merupakan jenis penyakit yang umum diderita ikan  air tawar. Penyebabnya adalah protozoa Ichthyopthirius yang muncul pada kolam yang sudah lama tergenang air. Ciri-cirinya yaitu munculnya bintik-bintik putih pada kulit dan insang serta bisa menyebabkan kerusakan parah pada bagian tersebut.Untuk  menyembuhkan penyakit pada ikan lele berupa bintik putih, perbaiki sistem sanitasi  kolam agar tidak menular ke ikan lain. Kemudian taburkan garam dapur ke kolam selama 2 – 3 kali secara berturut-turut.













BAB III
KESIMPULAN

Setelah proses pengamatan telah selesai dapat disimpulkan bahwa penerapan sistem  Budidaya ikan lele pada media keramba sangat diminati para petani/nelayan  karena pasarnya yang terus berkembang. Pemerintah juga gencar memberikan dukungan melalui riset benih  lele unggul dan kampanye gerakan makan ikan. Sehingga bermunculan sentra-sentra budidaya ikan lele di sejumlah daerah. Hal yang perlu diperhatikan dalam Cara Budidaya Pembesaran Ikan Lele adalah persiapan kolam. Kolam disiapkan untuk wadah pembesaran hingga nantinya didapatkan lingkungan yang optimal bagi kehidupan ikan.
 Tujuan akhirnya agar ikan lele dapat hidup  dan tumbuh maksimal. Persiapan kolam Cara Budidaya Pembesaran Ikan Lele pada umumnya meliputi pengeringan, pengolahan dasar kolam, pengangkatan lumpur hitam, perbaikan pematang dan saluran air, pengapuran, pemupukan, serta pengisian air kolam









DAFTAR PUSTAKA


Arifin, M.Z.1991. Budidaya Lele.Dohara Prize. Semarang
Nayijati, S.1992. Memelihara Lele Dumbo di Keramba. Penerbit Swadaya. Jakarta
Simanjuntak, R.H.1996. Pembudidayaan Lele Lokal dan Dumbo. Bhratara. Jakarta
































LAMPIRAN















LAPORAN LIMNOLOGI (Pengukuran Debit Air, Parameter Biologi, Analisis Kualitas Air Parameter Fisika Kimia)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
a. Pengukuran Debit Air
Istilah limnologi berasal dari bahasa Yunani, kata “limne” berarti genangan rawa atau danau. Limnologi menjadi ilmu dari perairan umum, berhubungan seluruh factor yang mempengaruhi populasi yang hgidup dalam perairan itu, dan termasuk perairan mengalir (lotik) dan perairan tergenang (lentik). Permukaan bumi secara umum terdiri atas bagian daratan dan bagian perairan. Kemudian bagian perairan ini dibedakan lagi menjadi perairan umum dan perairan laut. Secara keseluruhan kedua habitat perairan ini sangat menentukan kehidupan manusia karen menyentuh ke segala aspek. Salah satu contohnya adalah waduk.
Perairan waduk adalah badan air terbentuk karena pembendungan air aliran sungai oleh manusia. Kehadiran suatu waduk merubah ekosistem daratan menjadi perairan, yang akibatnya akan merubah pula tatanan sosial ekonomi dan budaya yang ada (Dahuri, 1994).
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu (sungai/ saluran/ mata air) persatuan waktu. Pemilihan lokasi pengukuran debit air adalah di bagian sungai yang relatif lurus, jauh dari pertemuan cabang sungai, tidak ada tumbuhan air, aliran tidak turbulen, serta aliran tidak melimpah melewati tebing sungai (Penuntun Pratikum Limnologi, 2011).
Waduk atau danau buatan adalah genangan air yang terjadi akibat pembendungan aliran air atau sungai yang bersifat bukan alami. Pembangunan DAM pada suatu aliran sungai mengakibatkan terjadinya perubahan dari ekosistem perairan mengalir (lotik) menjadi  ekosistem perairan tergenang (lentik). Perubahan ekosistem ini dapat pula mempengaruhi kehidupan biota perairan sungai asalnya (Welch, 1952).
b. Parameter Biologi
Didalam ekosistem bahari, organisme hidup dapat dibedakan atas 3 kategori yaitu produsen, konsumen dan pengurai. Fitoplakton sebagai produsen primer adalah tumbuhan yang mengapung dan melayang atau fitoplankton yang berukuran kecil dan terdapat dalam jumlah yang cukup besar dan konsumen bertindak sebagai penghubung produsen primer dengan tingkat pakan yamng tinggi adalah zooplankton. Zooplakton akan dimakan oleh karnivor yang lebih besar, sehingga peranan plankton didalam ekosistem bahari sangatlah penting (Avenvair, 1994).
Menurut Thoha dan Adi (2003), plakton merupakan salah satu unsure yang penting dalam rantai makanan. Plakton adalah organisme yang melayang dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit serta selalu mengitari arus. Plakton tersusun atas jasad-jasad nabati mikroskopis (phytoplankton) serta jasad-jasad renik hewani mikroskopis (zooplankton).
Hauer dan Lambert (1996) menyatakan ada beberapa alasan mengapa kelompok benthos ini cocok untuk digunakan sebagai indicator biologi pencemaran, yaitu benthos mempunyai kepekaan yang berbeda-beda terhadap berbagai bahan pencemar serta memberikan reaksi yang cepat, selain itu benthos ini tidak mempunyai kemampuan bermigrasi jika kondisi perairan tidak sesuai lagi serta dapat dengan mudah ditangkap dan dipisahkan kedalam beberapa jenis.
c. Analisis Kualitas Air Parameter Fisika dan Kimia 1
Ekosistem air yang terdapat di darat (inland water) secara umum di bagi atas 2 yaitu perairan lentik (lentik water), atau juga disebut sebagai perairan tenang, misalnya danau, rawa, waduk, situ, telaga dan sebagainya dan perairan lontik (lontic water), disebut juga sebagai perairan berarus deras, misalnya sungai, kali, kanal, parit dan sebagainya (Barus, 2003).
Kualitas Air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna) (ICRF,2010).
d. Analisis Kualitas Air Parameter Kimia 2
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu Dengan demikian, kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh: kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air minum. Air yang jernih bukan berarti air yang baik bagi ikan, karena jernih bukan satu-satunya sarat air berkualitas bagi ikan. Sering dijumpai ikan hidup dan berkembang dengan "subur" justru pada air yang bagi manusia menimbulkan kesan jorok. Ikan hidup dalam lingkungan air dan melakukan interaksi aktif antara keduanya. Ikan-air boleh dikatakan sebagai suatu sistem terbuka dimana terjadi pertukaran materi (dan energi), seperti oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), garam-garaman, dan bahan buangan. Pertukaran materi ini terjadi pada antarmuka (Interface) ikan-air pada bahan berupa membran semipermeabel yang terdapat pada ikan. Kehadiran bahan-bahan tertentu dalam jumlah tertentu akan mengganggu mekanisme kerja dari membran tersebut, sehingga ikan pada akhirnya akan terganggu dan bisa tewas. Ikan telah berevolusi selama jutaan tahun pada kondisi lingkungan yang stabil. Oleh karena itu, dalam lingkungan alamiahnya mereka tidak perlu beradaptasi dengan berbagai perubahan drastis yang terjadi. Bahkan kondisi lingkungan mereka memiliki mekanisme tertentu untuk menjaga terjadinya perubahan mendadak. Sedangkan pada lingkungan akuarium, sebagai sebuah sistem tertutup, perubahan mandadak dan drastis terhadap parameter air kerap terjadi (seperti suhu, pH, kandungan amonia dll), sehingga akan menyebabkan ikan stres dan tidak jarang menyebabkan kematian (O-fish, 2010).
e. Tanaman Air
Tumbuhan akuatik juga disebut tumbuhan hidrophytic atau hydrophytes adalah tumbuhan yang telah disesuaikan untuk tinggal di atau pada lingkungan perairan. Karena hidup pada atau di bawah air permukaan memerlukan banyak adaptasi khusus, air tanaman hanya dapat tumbuh dalam air atau selamanya jenuh tanah. Aquatic vascular tanaman dapat ferns atau angiosperms (dari berbagai keluarga, termasuk di antara monocots dan dicots). Seaweeds tidak vaskular tanaman tetapi multisellular laut algae, dan karena itu biasanya tidak termasuk dalam kategori tanaman air. Dibandingkan dengan jenis tanaman seperti mesophytes dan xerophytes, hydrophytes tidak ada masalah dalam menahan air karena banyaknya air dalam lingkungan. Ini berarti tanaman telah kurang perlu mengatur pengeluaran keringat (memang, peraturan dari penembusan akan memerlukan lebih banyak energi daripada keuntungan yang mungkin timbul) (Wikipedia, 2011).
1.2. Tujuan dan Manfaat
a. Pengukuran Debit Air
Tujuan dari praktikum ini adalah supaya praktikan dapat mengukur debit air yang ada di aliran waduk. Sedangkan manfaatnya adalah agar setiap praktikan mampu menghitung debit air yang dianalisa di laboratorium.
b. Parameter Biologi
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis-jenis plankton dan bentos di suatu perairan, menghitung kepadatannya, dan menghitung lebih lanjut beberapa indeks yang biasa dipakai untuk mendeskripsikan mutu perairan secara cepat seperti indeks keragaman, keseragaman dan indeks dominasi.
c. Analisis Kualitas Air Parameter Fisika dan Kimia 1
Tujuan dari praktikum ini adalah supaya praktikan dapat mengukur oksigen terlarut, karbondioksida bebas, alkalinitas, pH dan suhu yang ada di aliran waduk. Sedangkan manfaatnya adalah agar setiap praktikan mampu menghitung oksigen terlarut, karbondioksida bebas, alkalinitas, pH dan suhu yang dianalisa di waduk.
d. Analisis Kualitas Air Parameter Kimia 2
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengukur kualitas air dilihat dari segi parameter kimia yaitu nitrat-nitrogen dan orthofosfat. Sedangkan manfaat dari pratikum ini adalah pratikan mampu mengetahui kandungan nitrat-nitrogen dan ortopospat dalam perairan.
e. Tanaman Air
Tujuan dari pratikum ini adalah agar mahasiswa mengenal jenis-jenis dan klasifikasi dari tanaman air itu sendiri. Manfaatnya mengetahui jenis dan klasifikasi tanaman air.


TINJAUAN PUSTAKA

Yang dimaksud dengan debit air yaitu, jumlah air yang mengalir pada satuan waktu sambul debit = Q. satuan yang sering digunakan : Volume/waktu =  Liter/detik (Fajar, 2001).
Menurut Sunu (2001) menyatakan bahwa perairan umum adalah bagian permukaan bumi yang secar permanent maupun berkala digenangi oleh air, baik air tawar, payau maupun air laut, mulai dari garis pasang surut terendah kea rah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami atau buatan.
Air adalah zat yang mengelilingi semua organisme dan merupakan bagian-bagian terbesar pembentuk tumbuh-tumbuhan dan binatang air. Kualitas air dan kuantitas air suatu perairan yang sangat dipengaruhi parameter fisika, kimia, biologi (Nybakken, 1992).
Menurut Sachlan (1980), waduk adalah sebuah kolam besar tempat mengumpulkan dan menyimpan air untuk dipakai di musim kering. Namun dalam perkembangannya, waduk mempunyai beberapa fungsi lain yaitu untuk pengairan, pengendalian banjir, pembangkit listrik tenaga air, penggerak mesin kebutuhan air minum, perikanan, pariwisata dan lain sebagainya.
Waduk atau danau buatan adalah genangan air yang terbentuk karena pembendungan aliran air bukan alami (man made lake) pembendungan ini dapat mengubah ekosistem perairan mengalir (lotik) menjadi ekosistem perairan tergenang (lentik) yang akan mempengaruhi kehidupan biota asal (Sihotang, 1988).
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu (sungai/ saluran/ mata air) persatuan waktu. Pemilihan lokasi pengukuran debit air adalah di bagian sungai yang relatif lurus, jauh dari pertemuan cabang sungai, tidak ada tumbuhan air, aliran tidak turbulen, serta aliran tidak melimpah melewati tebing sungai (Penuntun Pratikum Limnologi, 2011).
Dalam pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan menggunakan metode Emboys Float Method dan Metode Weir (Penuntun Pratikum Limnologi, 2011).
Davis (1955) mengatakan bahwa setiap perairan terdapat perkembangan yang dinamis sehingga suatu spesies dapat lebih dominan dari pada yang lain pada interval  yang rel;atif pendek sepanjang tahun. Spesies yang dominan pada suatu bulan sering kali menjadi spesies yang langka pada bulan berikutnya digantikan oleh spesies yang lebih dominan.
Istilah plankton pertama kali ditemukan oleh ahli biologi Jerman, Victer Hensen pada pertengahan abad 19 yang berarti organisme renik yang hidup melayang dalam air yang kemampuan renangnya sangat lemah sehingga pergerakannya sangat dipengaruhi oleh pergerakan air (Djamil, 2004).
Plankton adalah jasad renik yang hidupnya melayang-layang didalam air. Plankton dapat dibedakan dalam 2 macam, yaitu phytoplankton dan zooplankton (Sihotang, 2007).
Organisme plankton pada umunya diambil dengan cara pemekatan air contoh. Pemekatan dimaksudkan agar organisme-organisme plankton yang tertangkap benar- benar mewakili komunitas plankton dalam air. Teknik pemekatan air contoh dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu penyaringan dengan plankton net, pengendapan air contoh dan centrifuge (Dahuri, 1997).
Benthos adalah organisme renik yang hidup didasar perairan. Benthos mencakup biota menempel, merayap dan meliang di dasar laut. Kelompok biota ini hidup di dasar perairan mulai dari garis pasut sampai dasar abisal (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
Menurut Adnan Kasry et al, 2009 Benthos adalah organisme (nabati/fitobenthos atau hewani/zoobenthos) yang tinggal dalam dan atau di atas sedimen di dasar suatu parairan. Berdasarkan ukurannya, organisme hewan benthos ini digolongkan atas:
Macrobentic (0,425 – 15 mm)
Meiobentic (0,55 – 1 mm)
Microbentic (< 50µ, misalnya protozoa, rotifera, nematoda)
Benthos sebagai organisme dasar suatu perairan mempunyai habitat yang relatif tetap. Perubahan kualitas air dan substrat tempat hidupnya sangat mempengaruhi komposisi dan kelimpahannya, sehingga kelompok organisme ini sering digunakan sebagai indicator pencemaran di dalam suatu ekosistem perairan (Siagian, M. 1997).
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya) (Effendi, 2003).
Lima syarat utama kualitas air bagi kehidupan ikan adalah (O-fish, 2009):
1. Rendah kadar amonia dan nitrit
2. Bersih secara kimiawi
3. Memiliki pH, kesadahan, dan temperatur yang sesuai
4. Rendah kadar cemaran organik, dan
5. Stabil
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia, sedangkan yang kedua adalah pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (Plankton dan Benthos) (Sihotang, 2006).
Menurut Effendi (2000) nitrat merupakan senyawa nitrogen yang telah teroksidasi secara sempurna dan merupakan senyawa yang atabil dengan adanya oksigen terlarut. Kadar nitrat yang melebihi 5 mg/l menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Sedangkan kadar nitrogen melebihi 0,2 mg/l dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi.
Menurut Alaert dan Santika (1994) phosphat yang terdapat di perairan alami atau limbah sebagai senyawa ortophosphat, poliphosphat dan phosphat organis. Bila kadar phosphat dalam air alami sangat rendah (0,01 mg/l), pertumbuhan tanaman dan ganggang akan terhalang dan keadaan ini dinamakan oligotrop. Bila kadar phosphat serta nutrien lainnya tinggi, pertumbuhan tanaman dan ganggang tidak terbatas lagi (eutrof), sehingga tanaman tersebut dapat menghabiskan oksigen dalam sungai atau kolam pada malam hari.
Tumbuhan akuatik juga disebut tumbuhan hidrophytic atau hydrophytes adalah tumbuhan yang telah disesuaikan untuk tinggal di atau pada lingkungan perairan. Karena hidup pada atau di bawah air permukaan memerlukan banyak adaptasi khusus, air tanaman hanya dapat tumbuh dalam air atau selamanya jenuh tanah. Aquatic vascular tanaman dapat ferns atau angiosperms (dari berbagai keluarga, termasuk di antara monocots dan dicots). Seaweeds tidak vaskular tanaman tetapi multisellular laut algae, dan karena itu biasanya tidak termasuk dalam kategori tanaman air (Wikipedia, 2011).



BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Limnologi dengan judul “Pengukuran Debit Air, Parameter Biologi, Analisis Kualitas Air Parameter Fisika dan Kimia 1, Analisis Kualitas Air Parameter Kimia 2, dan Tanaman Air“ ini dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 28 Oktober s/d 25 November 2011 pukul 08.00 WIB – 10.00 WIB, di Laboratorium Limnologi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru.
3.2. Bahan dan Alat
a. Pengukuran Debit Air
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel air yang di waduk. Sedangkan alat – alat yang  digunakan dalam praktikum ini adalah tongkat kayu, penggaris, stopwatch, kalkulator, tali, dan botol aqua.
b. Parameter Biologi
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel air yang di waduk, bentos dan lugol. Sedangkan alat – alat yang  digunakan dalam praktikum ini adalah planktonet, ember, botol BOD, pipet tetes, mikroskop binokuler, pipa paralon, kantong plastic dan buku identifikasi  plankton.
c. Analisis Kualitas Air Parameter Fisika dan Kimia 1
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel air yang di waduk, indicator pH, larutan MnSO4, NaOH, H2SO4, S2O3, Amilum, indicator pp, Na2CO3, dan indicator BC-GMR, . Sedangkan alat – alat yang  digunakan dalam praktikum ini adalah thermometer, botol BOD, erlenmeyer, gelas ukur, dan pipet tetes.
d. Analisis Kualitas Air Parameter Kimia 2
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel air, kertas whatman no.42, larutan brucine, larutan H2SO4 pekat, filter Millipore, larutan ammonium molybdate dan larutan SnCl2. Sedangkan alat – alat yang  digunakan dalam praktikum ini adalah beker gelas, vacuum pump, tabung reaksi dan pipet tetes.
3.3. Metode Praktikum
a. Pengukuran Debit Air
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode survei dan pengamatan langsung (in situ) di lapangan dengan mengukur debit air dari waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, dan penghitungan datanya dilakukan di Laboratorium Limnologi.
b. Parameter Biologi
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode survei dan pengamatan langsung (in situ) di lapangan, serta pengidentifikasian terhadap sampel atau objek dari plankton dan bentos yang diambil dari waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, diamati dan penghitungan datanya dilakukan di Laboratorium Limnologi.
c. Analisis Kualitas Air Parameter Fisika dan Kimia 1
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode survei dan pengamatan langsung (in situ) di lapangan tepatnya waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, dan penghitungan datanya dilakukan di Laboratorium Limnologi.
d. Analisis Kualitas Air Parameter Kimia 2
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah untuk penentuan kadar nitrat-nitrogen menggunakan metode brucine, sedangkan untuk penentuan kadar orthofosfat menggunakan metode SnCl.
e. Tanaman Air
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode survei dan pengamatan langsung (in situ) di lapangan, serta pengidentifikasian terhadap sampel yang diambil dari waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, diamati di Laboratorium Limnologi.
3.4. Prosedur Praktikum
a. Pengukuran Debit Air
Adapun prosedur praktikum yang dilakukan oleh praktikan adalah berdasarkan atas petunjuk asisten dosen, yakni :
Untuk Emboys Float Method cara kerjanya adalah pertama menentukan panjang selokan yang akan diukur kecepatan arusnya dengan cara meamsang patok kayu sebanyak 6 buah. Kemudian diukur lebar masing-masing W (W1, W2, W3). Lalu diukur panjangnya dari W1-W3. Setelah itu cari kecepatan arusnya dengan menghanyutkan botol aqua dari W1 ke W3. Hitung waktu yang ditempuhnya dengan menggunakan stopwatch. Lalu tentukan kostanta perairan dengan melihat keadaan dasar perairan ( 0,8 untuk dasar perairan yang berbau dan berkerikil dan 0,9 untuk dasar perairan yang berlumpur) kemudian dihitung debit airnya.
Untuk metode Weir cara kerjanya adalah pertama menentukan lebar weir yang digunakan, membendung selokan dengan menggunakan weir, lalu mengukur tinggi perairan dari dasar perairan sampai garis bawah air, mengukur ketinggian air setelah dipasang weir, kemudian menghitung debit dengan menggunakan rumus masing – masing weir.
b. Parameter Biologi
Ambil air dengan menggunakan ember, kemudian saring dengan menggunakan planktonet. Lakukan sebanyak 10 kali penyaringan. Setelah itu masukkan sampel yang tersaring kedalam botol BOD dan tambahkan larutan lugol sampai warna sampel berubah menjadi warna kuning teh. Kemudian bawa ke laboratorium untuk diamati. Catat hasil yang diperoleh.
Ambil sampel bentos dengan menggunakan pipa paralon, kemudian saring. Bentos yang tersaring kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu di bawa ke laboratorium untuk diamati.
c. Analisis Kualitas Air Parameter Fisika dan Kimia 1
Cara mengukur suhu, termometer dicelupkan kedalam air selama kurang lebih 5 menit dan dicatat suhu yang ditunjukkan oleh skala termometer (posisi termometer masih berada dalam air). Kemudian ukur pH nya dengan mencelupkan indikator pH, lalu sesuaikan pada kotak indikator.
Pada analisis okesigen terlarut, ambil sampel air waduk dengan menggunakan botol BOD (jangan sampai ada gelembung). Kemudian tambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml NaOH sampai terbentuk endapan. Setelah itu tambahkan 1 ml H2SO4 pekat, kocok sampai endapan hilang. Ambil 50 ml air sampel menggunakan gelas ukur masukkan kedalam erlenmeyer. Titrasi dengan S2O3 sampai berubah warna menjadi kuning pucat. Lalu tambahkan 1 tetes amilum hingga warna berubah menjadi biru. Kemudian titrasi kembali dengan menggunakan S2O3 sampai warna biru hilang. Lalu hitung oksigen terlarut nya.
Pada analisis karbondioksida bebas, ambil 25 ml sampel dengan menggunakan gelas ukur, masukkan kedalam erlenmeyer. Tambahkan 3 tetes indikator pp sampai warna sampel menjadi merah. Kemudian titrasi dengan menggunakan Na2CO3 sebanyak 3 ml sampai berubah warna menjadi pink. Hitung karbondioksida bebasnya.
Pada analisis alkalinitas, ambil 50 ml sampel dengan menggunakan gelas ukur, masukkan kedalam erlenmeyer. Tambahkan 4 tetes indikator pp sampai warna sampel menjadi merah. Kemudian tambahkan 2 tetes indikator BC-GMR sampai warna berubah menjadi biru. Selanjutnya titrasi dengan H2SO4 (0,022) sampai warna sampel menjadi orange. Hitung alkalinitasnya.
d. Analisis Kualitas Air Parameter Kimia 2
1. Penentuan kadar nitrat-nitrogen
a. Ambil Air sampel yang telah di saring dengan kertas saringan whatman no.42 sebanyak 5 ml.
b. Masukkan larutan brucine sebanyak 0,1 ml atau 1 tetes kedalam air sampel aduk hingga berwarna kuning.
c. Lalu masukkan 1 ml atau 20 tetes larutan H2SO4 pekat.
d. Amati warna larutan, bila berwarna cerah maka nitrat-nitrogen yang terkandung dalam air kadarnya rendah bila berwarna gelap maka nitrat-nitrogen yang terkandung dalam air kadarnya tinggi
2. Penentuan kadar orthofosfat
a. Ambil Air sampel yang telah di saring dengan kertas saringan milipore sebanyak 5 ml.
b. Masukkan 0,2 ml atau 4 tetes larutan ammonium molybdate
c. Setelah itu, masukkan 1 tetes arutan SnCl2 maka akn berubah warna biru
d. Amati warna larutan bila berwarna cerah maka orthofosfat yang terkandung dalam air kadarnya rendah bila berwarna gelap maka orthofosfat yang terkandung dalam air kadarnya tinggi.



HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
a. Pengukuran Debit Air
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh hasil sebagai berikut :
Diketahui :
Emboys Float Method
Diketahui :
 
         
 
 
A = 0,8
L = 192 cm = 1,92 m
T = 29 detik
Ditanya : R ........?
Jawab :



 m3/detik
Metode Weir
Dalam metode ini yang digunakan adalah Trapezoid Weir.
Diketahui :
Lebar = 30 cm = 0,30 m
tinggi = 10 cm = 0,10 m
H = 60 cm = 0,60 m
Ditanya : Q........?
Jawab :
Q = 3,367 LH3/2
= 3,367 (0,30) (0,60)3/2
= 1.010 . 0,464
= 0,468 m3/detik
b. Parameter Biologi
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh hasil sebagai berikut :


Gambar 1. Jenis plankton yang ditemukan
N = n x A/B x C/D x 1/E
Diketahui :
n = 10
A = 22x22 mm = 484 mm2
B = 43,34 mm2 B = S x diameter lap. pandang
C = 120 ml = 0,12 L    = 22 x 1,97
D = 0,06 ml = 0,00006 L    = 43,34 mm2
E = 10 L
Penyelesaian :
N = n x A/B x C/D x 1/E
    = 10 x 484 mm2/43,34 mm2 x 0,12 L/0,00006 L x 1/10 L
    = 10 x 11,167 mm2 x 2000 L x 0,1 L
    = 22334



Gambar 2. Jenis bentos yang ditemukan
c. Analisis Kualitas Air Parameter Fisika dan Kimia 1
Berdasarkan hasil pratikum, diperoleh hasil sebagai berikut :
Suhu
Pengukuran dengan menggunakan termometer diperoleh hasil suhu perairan waduk 280C
Derajat keasaman (pH)
pH di perairan waduk 6.
Oksigen terlarut (DO)
ml titran = 2 ml
N titran = 0,025
ml sampel = 50 ml



Karbondioksida (CO2) bebas
ml titran = 3 ml
N titran = 0,0454
V sampel = 25 ml

     

Alkalinitas
ml sampel = 50 ml
N titran = 0,022
a = 1,5 ml

       

d. Analisis Kualitas Air Parameter Kimia 2
Berdasarkan hasil pratikum, diperoleh hasil pengukuran dengan mengamati warna larutan  yaitu : kadar orthofosfat adalah rendah  dan kadar nitrat-nitrogen adalah rendah.
e. Tanaman Air
Berdasarkan hasil pratikum diperoleh hasil sebagai berikut :




Gambar 3. Jenis tanaman air yang ditemukan
4.2. Pembahasan
Dari  hasil yang telah diperoleh maka dapat diketahui bahwa debit air dari aliran air yang ada di sekitar waduk Faperika adalah 0,085 m3/detik dengan menggunakan Emboys Float Method dan 0,468 m3/detik dengan menggunakan Trapezoid Weir. Untuk itu perlu diperhatikan pemilihan lokasi pengukuran debit air yakni di bagian sungai yang relatif lurus, jauh dari pertemuan cabang sungai, tidak ada tumbuhan air, aliran tidak turbulen, serta aliran tidak melimpah melewati tebing sungai.
Menurut Sachlan (1980) perairan umum merupakan sumberdaya yang mempunyai potensi besar baik bagi perikanan maupun untuk kehidupan manusia. Air merupakan bagian yang esensial dari protoplasma dan dapat dikatakan bahwa semua jenis makhluk hidup bersifat aquatic.
Plankton adalah organisme yang hidupnya terombang ambing oleh arus. Mereka terdiri dari makhluk yang hidupnya sebagai hewan (zooplankton), dan makhluk yang hidupnya sebagai tumbuhan (fitoplankton).
Zooplankton ialah hewan-hewan laut yang planktonik, sedangkan fitoplankton terdiri dari tumbuhan yang bebas melayang dan hanyut serta mampu berfotosintesis.
Fitoplankton sebagai produser primer mempunyai peran yang sangat penting bila dipandang dari penghasilan bahan organik dan anorganik via klorofil dan bantuan sinar matahari. Berbeda dengan zooplankton. Tetapi ia memakan fitoplankton untuk pertumbuhannya.
Pada praktikum parameter fisika dan kimia suatu perairan dilakukan dengan menggunakan alat masing-masing yang fungsinya berbeda-beda.
Pada pengukuran suhu digunakan thermometer raksa yang dicelupkan kedalam perairan yang kondisi awal thermometer pada posisi 0oC.
Pada pengukuran parameter kimia digunakan bahan larutan kimia. Pada pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan mengambil air sample dengan menggunakan botol BOD tanpa adanya gelembung udara didalam air sample kemudian ditambahkan 1 ml larutan MnSO4 dan 1 ml NaOH hingga terbentuk endapan. Kemudian tambahkan 1 ml H2SO4 dikocok hingga endapan hilang kemudian dipindahkan kedalam elemeyer bervolume 50 ml dan titrasi dengan tiosulfat  sampai berwarna kuning pucat. Kemudian teteskan 1 tetes larutan amilum sampai berwarna biru, lalu titrasi dengan tiosulfat dan catat banyak larutan titrasi yang habis hingga warna biru tua hilang lalu masukkan kedalam rumus.
Pada pengukuran karbondioksida bebas dilakukan dengan mengambil sample air dengan botol BOD kedap gelembung udara, lalu air sample dimasukkan kedalam botol erlemeyer sebanyak 25 ml, kemudian tambahkan 3 tetes indicator pp selanjutnya ditambahkan natrium karbonat sehingga air berubah warna merah jambu. Kemudian hitung banyaknya natrium karbonat yang habis.
Pada pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas indicator pH yang dicelupkan diperairan selama beberapa saat kemudian tentukan besar pH dengan perbandingan warna kertas dengan tabel warna penentu besar pH.
Pada pengukuran alkalinitas dilakukan dengan mengambil sample air dengan botol erlemeyer sebanyak 50 ml, kemudian tambahkan 4 tetes indicator pp selanjutnya ditambahkan 2 tetes indicator BC-GMR hingga berwarna biru. Kemudian titrasi dengan larutan H2SO4 (0,022) hingga berubah menjadi warna orange. Kemudian hitung banyaknya titrasi yang habis.
Nitrat (NO3-) adalah bentuk senyawa nitrogen yang merupakan sebuah senyawa stabil. Nitrat merupakan salah satu senyawa penting untuk sintesis protein tumbuhan dan hewan, akan tetapi nitrat pada konsentrasi yang tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan ganggang yang tidak terbatas.
Kadar nitrat di perairan tidak kurang dari 0,2 mg/l. Apabila kurang dari kadar tersebut, maka daya dukung perairan tersebut secara alami untuk kehidupan ikan tidak memadai. Hal ini dikarenakan kadar nitrat yang rendah tidak mampu berbuat banyak untuk pertumbuhan fitoplankton sebagai makanan ikan.
Fosfat merupakan salah satu unsur penting dan banyak terdapat di sungai, hal ini disebabkan karena sungai banyak membawa bahan-bahan dan sampah organic maupun sumber fosfat daratan lainnya sehingga konsentrasi fosfat di sungai lebih besar dari sekitarnya.
Sumber utama phosphat anorganik adalah dari penggunaan detergen, alat pembersih untuk keperluan rumah tangga atau industri dan pupuk pertanian, sedangkan phosphat organik berasal dari makanan dan buangan rumah tangga.


KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dalam pengukuran debit air ada 2 metode yaitu Emboys Float Method dan Metode Weir. Untuk metode Weir terdiri dari tiga yaitu Rectangular Weir, 9 North Weir, dan Trapezoid Weir.
Setelah dilakukan pengamatan, dapat disimpulkan bahwa debit air dari aliran air yang ada di sekitar waduk Faperika adalah 0,085 m3/detik dengan menggunakan Emboys Float Method dan 0,468 m3/detik dengan menggunakan Trapezoid Weir. Untuk itu perlu diperhatikan pemilihan lokasi pengukuran debit air yakni di bagian sungai yang relatif lurus, jauh dari pertemuan cabang sungai, tidak ada tumbuhan air, aliran tidak turbulen, serta aliran tidak melimpah melewati tebing sungai.
Keberadaan plankton di waduk Faperika tingkat keragaman jenisnya masih sedang dengan tidak ada jenis yang mendominasi. Selain itu keseragaman organismenya juga berada dalam keadaan seimbang.
Dari hasil pengamatan  dan percobaan mengenai kondisi perairan yang dilihat dari perameter fisika dan kimia, dilihat dari kadar oksigen terlarut, pH, suhu perairan ini baik untuk untuk tumbuhnya organism air, tetapi dilihat dari kadar karbondioksida bebasnya, perairan ini kurang baik untuk tumbuhnya organism makhluk hidup.
Dari hasil praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa orthofosfat adalah fosfat anorganik, merupakan salah satu bentuk fosfor yang terlarut dalam air. Orthofosfat terlarut terdiri dari ion-ion  ,  ,  .
Penentuan nitrat-nitrogen dilakukan dengan metode brucine, yaitu dengan pereaksi brucine dan asam sulfat pekat. Metode ini hanya sesuai untuk air sampel yang konsentrasi nitrat-nitrogennya 0,1-0,2 mg/L (selang terbaik 0,1-1 mg/L).
5.2. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan bahwa dalam pelaksanaan praktikum semestinya praktikan memperhatikan penjelasan dengan seksama agar praktikum berjalan dengan baik. Pada setiap praktikum hendaknya pengamatan diawasi oleh setiap pembimbing kelompok agar pelaksanaan praktikum berjalan dengan baik dan hasil yang di dapatkan lebih tepat karena adanya bantuan dari pembimbing. Dan semoga hasil praktikum ini bisa menjadi bahan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Alearts, G. dan S. Santika, 1994. Metode Pengukuran Kualitas Air. Usaha Nasional. Surabaya.
Avenvair. 1994. Dampak Buangan Limbah Cair PT. Crumb Robber Factory Terhadap Kualitas Air Dan Fitoplankton Di Sungai Siak. Pekanbaru. Riau 59 hal.
Barus, T. A, 2003. Pengantar Limnologi. Jurusan Biologi FMIPA USU. Medan
Clemens dkk. 2011. Penuntun Praktikum Limnologi. Laboratorium Limnologi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. 31 hal. (tidak diterbitkan)
Dahuri, R dan A. Damar. 1994. Metoda dan Teknik Analisis Kualitas Air. Kursus AMDAL Tipe B, kerjasama PSL – UNDANA dan BAPEDAL, Kupang. 7 November – 17 Desember 2004.
Davis, C. C. 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State University Press. New York. 562 p.
Djamil, A. S. 2004. Al-quran Dan Lautan Arasy Mizan. Bandung. 552 hal.
Effendi, H. 2000. Telaahan Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. IPB Press. Bogor.
______. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta
Hauer, R. and G. Lambert, 1996. Methods In Stream Ecology. 674 p.
Kasry Adnan, Eni Sumiarsih dkk. 2009. Penuntun Praktikum Ekologi Perairan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.
Kurnia, Fajar. 2001. Pengukuran Debit Air. PT. Nusa Abdi : Bengkulu. 211 hal.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan oleh M. Edaman, Koesbiono, D. G. Begen, M. Hutomo dan S. Sukardjo. Gramedia.jakarta. 456 halaman.
Romimohtarto, K dan Juwana, S. 2001. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.Sachlan, M. 1980. Planktonologi. Diktat Perkuliahan Faperika Universitas Riau, Pekanbaru. 166 hal.
Siagian, M. 1997. Diktat Kuliah Ekologi Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru, 57 hal.
Sihotang. C. 1988. Limnologi II. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas  Riau,  Pekanbaru, 64 hal (Tidak diterbitkan).
______. 2006. Penuntun Praktikum Limnologi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan UNRI : Pekanbaru. 26 hal.
Sunu, P., 2001. Metodologi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. Gramedia. Jakarta. 298 hal
Thoha dkk. 2003. Variasi Kelimpahan Zooplankton dalam Kaitannya dengan Produktivitas Perairan Laut Banda. LIPI. Bogor-Jakarta.
Welch, p. S, 1952. Limnology 2nd edition. Mc Graw-Hill Book Company, Inc. New York. Toronto and London. 538 pp.
Wikipedia. 2011. www.wikipedia.com. (diakses pada tanggal 6 Desember 2011)





1. Alat-alat yang digunakan dalam pratikum :




Buku Penuntun Pratikum Kayu




Tali Penggaris




Botol aqua Stopwatch




Papan Weir Kalkulator




Buku Identifiksi Plankton Planktonet




Ember Mikroskop




Botol BOD Pipet tetes




Gelas ukur Botol Winkler




Suntik Thermometer



Beker gelas Vacum pump






Tabung reaksi Pipa Paralon




Kantong plastik     Buku Identifikasi Tumbuhan Air

TEKNOLOGI TRANSPORTASI IKAN HIDUP

TEKNOLOGI TRANSPORTASI IKAN HIDUP



OLEH :

BELLA KHARISMA
1404121022


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017
KATA PENGANTAR

        Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan serta rahmat dan hidayahnyalah  senantiasa tercurahkan kepada kita yang tidak terhingga ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Transportasi Ikan Hidup, yang telah membimbing dalam pembuatan buku ini dan semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan buku ini, sehingga saya dapat menyelesaikan buku ini dengan tepat waktu, dalam penulisan buku ini dengan tepat waktu, dalam penulisan buku ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu saya sangat mengharap kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan buku ini di masa yang akan datang.






Pekanbaru, 20 November 2017



 Penulis


DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR………………………………..   i
DAFTAR ISI…………………………………………….  ii
BAB 1 Ruang Lingkup Trasportasi Ikan Hidup……...      4
BAB 2 Pengantar Transportasi Ikan Hidup……............     19
2.1. Definisi Transportasi……………………..     19
2.2. Pemingsanan………………………….......    19
BAB 3 Penggunaan Suhu Rendah…………………...   20
3.1. Penurunan Suhu Bertahap…………………  20
3.2. Penurunan Suhu Langsung……………......   20
BAB 4 Penggunaan Bahan Anetasi Alami………...…  21
BAB 5 Penggunaan Bahan Sintesis…............................  23
1.5 Pengangkutan ikan hidup dengan teknik basah……………………………………………  23
1.5 Pengangkutan ikan hidup dengan teknik basah…………………………………………....  24
..
BAB 6 Kemasan Transportasi………………………….  28
6.1. Pengemasan Ikan  Sistem Terbuka………...  28
6.2. Pengemasan Ikan  Sistem Tertutup……....    29
BAB 7 Media Transportasi……………………………    36
BAB 8 Aplikasi Transportasi…………………….……    38
BAB 9 Pembongkaran……………………………........    41
DAFTAR PUSTAKA











BAB I
RUANG LINGKUP TRANSPORTASI IKAN HIDUP
Menurut Haryono Sukarto (Jurusan Teknik Sipil - Universitas Pelita Harapan) menyatakan bahwa transportasi atau perangkutan adalah perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan (trip) antara asal (origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan orang dan barang antara dua tempat kegiatan yang terpisah untuk melakukan kegiatan perorangan atau kelompok dalam masyarakat. Perjalanan dilakukan melalui suatu lintasan tertentu yang menghubungkan asal dan tujuan, menggunakan alat angkut atau kendaraan dengan kecepatan tertentu. Jadi perjalanan adalah proses perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lain.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Di negara maju, penduduk biasanya menggunakan kereta bawah tanah (subway) dan taksi. Penduduk disana jarang yang mempunyai kendaraan pribadi karena mereka sebagian besar menggunakan angkutan umum sebagai transportasi mereka. Transportasi sendiri dibagi 3 yaitu transportasi darat, laut, dan udara. Transportasi udara merupakan transportasi yang membutuhkan banyak uang untuk memakainya. Selain karena memiliki teknologi yang lebih canggih, transportasi udara merupakan alat transportasi tercepat dibandingkan dengan alat transportasi lainnya.
Transportasi memiliki beberapa unsur yaitu sebagai berikut :
1. Manusia yang membutuhkan
2. Barang yang dibutuhkan
3. Kendaraan sebagai alat/sarana
4. Jalan&terminal sbg prasarana transportasi
5. Organisasi (pengelola transportasi)

2. RUANG LINGKUP TRANSPORTASI
Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Alat Transportasi sendiri dibagi 3 yaitu, transportasi darat, transportasi laut dan transportasi udara.
1. Transportasi Darat
Sarana Angkutan Jalan Raya :
Angkutan Jalan adalah kendaraan yang  diperbolehkan untuk menggunakan jalan. Angkutan jalan ini diantaranya adalah :
a.    Sepeda Motor, adalah kendaraan bermotor beroda 2 (dua), atau 3 (tiga) tanpa atap baik dengan atau tanpa kereta di samping.
b.    Mobil Penumpang, adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
c.    Mobil Bus, adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
d.    Mobil Barang, adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus.
e.    Angkutan darat selain mobil, bus ataupun sepeda motor yang lazim digunakan oleh masyarakat, umumnya digunakan untuk skala kecil, rekreasi, ataupun sarana sarana di perkampungan baik di kota maupun di desa. Diantaranya adalah : sepeda, becak, bajaj, bemo dan delman.

Sarana Angkutan Kereta Api :
Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbong (dirangkaikan dengan kendaraan lainnya).
Prasarana Transportasi Darat :
Jalan dan Jembatan,  adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Rel Kereta, digunakan pada jalur kereta api. Rel mengarahkan/memandu kereta api tanpa memerlukan pengendalian. Rel merupakan dua batang rel kaku yang sama panjang dipasang pada bantalan sebagai dasar landasan. Rel-rel tersebut diikat pada bantalan dengan menggunakan paku rel, sekrup, penambat, atau penambat e (seperti penambat Pandrol).
1. Transportasi Laut
Sarana Transportasi Laut :
Kapal, adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut (sungai dsb) seperti halnya sampan atau perahu yang lebih kecil
Feri, adalah sebuah sebuah kapal transportasi jarak dekat.Feri mempunyai peranan penting dalam sistem pengangkutan bagi banyak kota pesisir pantai, membuat transit langsung antar kedua tujuan dengan biaya lebih kecil dibandingkan jembatan atau terowong.
Sampan (bahasa Tionghoa) adalah sebuah perahu kayu tiongkok yang memiliki dasar yang relatif datar, dengan ukuran sekitar 3,5 hingga 4,5 meter yang digunakan sebagai alat transportasi sungai dan danau atau menangkap ikan]
Prasarana Transportasi Laut :
Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan  barang kargo maupun penumpang ke dalamnya.
3. Transportasi Udara
Sarana Transportasi Udara :
Pesawat terbang atau pesawat udara atau kapal terbang atau cukup pesawat saja adalah kendaraan yang mampu terbang di atmosfir atau udara
Prasarana Transportasi Udara :
Bandar udara atau bandara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya.
Ruang lingkup pembahasan bidang transportasi meliputi:
1. Perumusan kebijakan
2. Perencanaan
3. Perancangan
4. Pelaksanaan pembangunan
5. Pengoperasian
6. Pemeliharaan
Ruang lingkup teknik transportasi dibagi menjadi 2 kategori:
1. Yang berhubungan dg perencanaan sistem
2. Yang berhubungan dg perancangan rinci masing-masing komponen sistem (sarana-prasarana Transportasi & Sistem pengoperasiannya)

3. PERANAN TRANSPORTASI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

1. Aspek sosial dan budaya
Dampak sosial yang dapat dirasakan dengan adanya transportasi adalah adanya peningkatan standar hidup. Sedangkan untuk budaya, dampak yang dapat dirasakan adalah terbukanya kemungkinan keseragaman dalam gaya hidup, kebiasaan dan bahasa.
2. Aspek politis dan pertahanan
Bagi aspek politis dan pertahanan, transportasi dapat memberikan dua keuntungan yaitusebagai berikut :
Transportasi dapat memperkokoh persatuan persatuan dan kesatuan nasional.
          Transportasi merupakan alat mobilitas unsur pertahanan dan keamanan.
3. Aspek hukum
Di dalam pengoperasian dan pemilikan alat angkutan diperlukan ketentuan hukum mengenai hak, dan tanggungjawab serta perasuransian apabila terjadi kecelakaan lalu lintas, juga terhadap penerbangan luar negara yang melewati batas wilayah suatu negara, diatur di dalam perjanjian antarnegara (bilateral air agreement).
4. Aspek teknik
Hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan dan pengoperasian transportasi menyangkut aspek teknis yang harus menjamin keselamatan dan keamanan dalam penyelenggaraan angkutan.
5. Aspek ekonomi
Pada Pihak Perusahaan Pengangkutan
(operator)
Pengangkutan merupakan usaha memproduksi jasa angkutan yang dijual kepada pemakai dengan memperoleh keuntungan.
Pada pihak pemakai jasa angkutan (user)
Pengangkutan sebagai salah satu mata rantai dari arus bahan baku untuk produksi dan arus distribusi barang jadi yang disalurkan ke pasar serta kebutuhan pertukaran barang di pasar.
Supaya kedua arus ini lancar, jasa angkutan harus cukup tersedia dan biaya sebanding dengan seluruh biaya produksi.
Fungsi Transportasi
Melancarkan arus barang dan manusia.
Menunjang perkembangan pembangunan (the promoting sector).
Penunjang dan perangsang pemberian jasa bagi perkembangan perekonomian (the service sector).

Manfaat Transportasi
Transportasi ( pengangkutan ) bukanlah tujuan melainkan sarana untuk mencapai tujuan. Sementara itu, kegiatan masyarakat sehari – hari bersangkut paut dengan produksi barang dan jasa untuk mencukupi kebutuhan yang beraneka. Karena itu manfaat dari transportasi dapat dilihat dari beberapa segi diantaranya adalah manfaat :

A. Manfaat ekonomi
Kegiatan ekonomi masyarakat sangat berkaitan dengan produksi, distribusi, dan pertukaran kekayaan. Kegiatan tersebut membutuhkan modal transportasi. Dengan tranportasi bahan-bahan baku dibawa menuju tempat produksi dan kepasar. Selain itu, dengan tranportasi pula konsumen datang ke pasar atau tempat pelayanan kebutuhan. Sementara itu distrubusi barang karena adanya transportasi akan berdampak pada beberapa hal yaitu :
1. Terjadi transaksi pejual pembeli
2. Persediaan barang antar daerah dapat disamakan
3. Harga barang antar daerah dapat disamakan
4. Spesialisasi dalam kegiatan ekonomi dapat dibedakan
5. Timbul komunikasi dalam pertukaran barang antar masyarakat
Transportasi memegang peranan pening dalam usaha mencapai tujuan pengembangan ekonomi dalam suatu bangsa. Adapun tujuan pengembangan ekonomi yang bisa diperankan oleh jasa transportasi adalah :
1.    Meningkatkan pendapatan nasional, disertai dengan distribusi yang merata antara penduduk, bidang usaha dan daerah.
2.    Meningkatkan jenis dan jumlah barang jadi dan jasa yang dapat dihasilkan para konsumen, industri dan pemerintah.
3.    Mengembangkan indusri nasional yang dapat menghasilkan devisa sera men–supply pasaran dalam negeri.
4.    Menciptakan dan memelihara tingkatan kesempatan kerja bagi masyarakat.

B. Manfaat Sosial
    Untuk kepentingan sosial transportasi sangat membantu dalam berbagai kemudahan yaitu:pelayanan perorangan atau kelompok, pertukaran atau penyampaian informasi, perjalanan untuk bersantai dan lain-lain.

C. Manfaat Kewilayahan
     Berupa kemajuan wilayah dengan terjangkaunya alat transportasi didaerahnya dan menunjang hubungan antar wilayah dalam kawasan.
     Adapun  peranan transportasi dalam kegiatan non ekonomis yaitu sebagai sarana mempertinggi integritas bangsa, transportasi menciptakan dan meningkatkan standar kehidupan masyarakat secara menyeluruh, mempertniggi ketahanan Nasional bangsa Indonesia ( Hankamnas ) dan dan menciptakan pembangunan nasional.

            Fungsi lain transportasi adalah untuk mengangkut penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain. Kebutuhan akan angkutan penumpang tergantung fungsi bagi kegunaan seseorang (personal place utility). Peranan transportasi tidak hanya untuk melancarkan barang atau mobilitas manusia. Transportasi juga membantu tercapainya pengalokasian sumber – sumber ekonomi secara optimal. Transportasi berfungsi sebagai sektor penunjang pembangunan ( the promoting sector ) dan pemberi jasa ( the servicing sector ) bagi perkembangan ekonomi.


BAB 2
PENGANTAR TRANSPORTASI IKAN HIDUP
1.1 Definisi Transportasi
Transportasi ikan hidup adalah pengangkutan hasil perikanan segar dengan sarana dan prasarana ke tujuan dengan mempertahankan sifat kesegaran ikan.
2.2 Pemingsanan
Kondisi pingsan merupakan kondisi tidak sadar yang dihasilkan dari sistem saraf pusat yang mengakibatkan turunnya kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan rendahnya respon gerak dari rangsangan tersebut. Pingsan atau mati rasa pada ikan berarti sistem saraf kurang berfungsi ..
Pemingsanan ikan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui penggunaan suhu rendah, pembiusan menggunakan zat-zat kimia dan penyetruman menggunakan arus listrik.
BAB 3
PENGGUNAAN SUHU RENDAH
Penggunaan suhu rendah
Metode pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
- Penurunan suhu secara langsung, dimana ikan langsung dimasukan dalam air yang bersuhu 100 – 150C. Sehingga ikan akan pingsan.
- Penurunan suhu secara bertahap, dimana suhu air sebagai media ikan diturunkan secara bertahap sampai ikan pingsan.

3.1 Penurunan suhu bertahap
     Penurunan suhu secara bertahap, dimana suhu air sebagai media ikan diturunkan secara bertahap sampai ikan pingsan.
3.2 Penurunan suhu langsung
     Dimana ikan langsung dimasukan dalam air yang bersuhu 100 – 150C. Sehingga ikan akan pingsan.

BAB 4
PENGGUNAAN BAHAN ANESTASI ALAMI
     Penggunaan bahan anestasi alami yang sering digunakan  adalah serbuk gergaji, serutan kayu, serta kertas koran atau bahan karung goni. Namun penggunaan karung goni sudah tidak digunakan karena hasilnya kurang baik. Jenis serbuk gergaji atau serutan kayu yang digunakan tidak spesifik, tergantung bahan yang tersedia.Dari bahan pengisi yaitu sekam padi, serbuk gergaji, dan rumput laut , menururt Wibowo (1993) ternyata sekam padi dan serbuk gergaji merupakan bahan pengisi terbaik karena memiliki karakteristik, yaitu :
1. Berongga
2.  Mempunyai kapasitas dingin yang memada
  3.  Tidak beracun, dan
  4.  Memberikan RH tinggi.

     Media serbuk gergaji memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis media lainnya. Keunggulan tersebut terutama pada suhu. Serbuk gergaji mampu mempertahankan suhu rendah lebih lama yaitu 9 jam tanpa bantuan es dan tanpa beban di dalamnya. Sedangkan rumput laut kurang efektif karena menimbulkan lendir dan bau basi selama digunakan












BAB 5
PENGGUNAAN BAHAN SINTESIS
1.5 Pengangkutan ikan hidup dengan teknik basah
Pada pengangkutan ikan hidup dengan teknik basah, ada beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan yaitu kandungan oksigen (O2), jumlah dan berat ikan, kandungan amoniak dalam air, karbondioksida (CO2), serta pH air. Jumlah O2 yang dikonsumsi ikan tergantung jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan O2 meningkat, ikan akan mengonsumsi O2 pada kondisi stabil, dan ketika kadar O2 menurun konsumsi ikan atas O2 akan lebih rendah. Sementara itu, nilai pH air merupakan faktor kontrol yang bersifat teknis akibat perubahan kandungan CO2 dan amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan akan mengubah pH air menjadi asam. Perubahan pH menyebabkan ikan menjadi stres, dan cara menanggulanginya yaitu dengan menstabilkan kembali pH air selama pengangkutan dengan larutan bufer.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengangkutan ikan hidup menggunakan teknik basah yaitu pengangkutan dengan sistem terbuka dan sistem tertutup.Pengangkutan dengan sistem terbuka biasanya hanya dilakukan jika jarak waktu dan jarak tempuhnya tidak terlalu jauh dan menggunakan wadah yang terbuka. Sistem ini mudah diterapkan. Berat ikan yang aman untuk diangkut dengan sistem terbuka tergantung efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, dan jenis ikan. Sementara itu, pengangkutan ikan hidup dengan sistem tertutup dilakukan menggunakan wadah tertutup dan memerlukan suplai oksigen yang cukup. Karena itu, perlu diperhatikan beberapa faktor penting yang memengaruhi keberhasilan pengangkutan yaitu kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak, serta kepadatan dan aktivitas ikan.

2.5 Pengangkutan ikan hidup dengan teknik kering
Dalam pengangkutan teknik kering, media yang digunakan bukanlah air. Namun, ikan harus dikondisikan dalam aktivitas biologis rendah (dipingsankan) sehingga konsumsi ikan atas energi dan oksigen juga rendah. Semakin rendah metabolisme ikan, semakin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya. Dengan begitu, ketahanan hidup ikan untuk diangkut di luar habitatnya semakin besar. Terdapat tiga cara pemingsanan yang dapat dilakukan pada ikan, yaitu
• Penggunaan suhu rendah,
• Pembiusan dengan zat kimia, dan
• Penyetruman dengan arus listrik.

     Pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penurunan suhu secara langsung dan penurunan suhu secara bertahap. Pemingsanan ikan menggunakan penurunan suhu secara langsung dilakukan dengan cara ikan dimasukkan dalam air bersuhu 10-15oC sehingga ikan pingsan seketika. Sementara, Pemingsanan ikan menggunakan penurunan suhu secara bertahap dapat dialkuakn dengan cara penurunan suhu air sebagai media ikan secara bertahap sampai ikan pingsan.Pembiusan dengan ikan zat kimia dilakukan dengan menggunakan bahan anestasi (pembius).
Bahan anestasi yang digunakan untuk pembiusan ikan yaitu MS-222, Novacaine, Barbital sodium, dan bahan lainnya tergantung berat dan jenis ikan. Selain bahan-bahan anestasi sintetik, pembiusan juga dapat dilakukan dengan zat cauler pindan cauler picin yang berasal dari ekstrak rumput laut Caulerpa sp.

IMOTILISASI IKAN
Bahan alami:
1. Minyak cengkeh,
2. Ekstrak tembakau,
3. Ekstrak biji karet,
4. Rumput laut (caulerpa) dll.
Proses Pemingsanan/Imotilisasi meliputi 3 tahap :

       Berpindahnya bahan pembius dari lingkungan ke dalam alat pernafasan suatu organisme
Difusi membran dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya penyerapan bahan pembius ke dalam darah. Sirkulasi darah dan difusi jaringan menyebarkan substansi pembius ke seluruh tubuh. Bahan anestesi yang masuk ke dalam tubuh secara langsung atau tidak langsung akan mengganggu kesetimbangan ionik dalam otak ikan. Terjadi penurunan konsentrasi K+ dan peningkatan kation Na+, Fe³+ dan Ca²+. Gangguan ini mempengaruhi syaraf motorik dan pernapasan.
Fase pingsan yang dianjurkan adalah fase pingsan ringan (deep sedation), yaitu:
1. Reaktivitas terhadap rangsangan luar tidak ada kecuali dengan tekanan kuat.
2. Pergerakkan operculum lambat.












BAB 6
Kemasan Transportasi
6.1 Pengemasan Ikan  Sistem Terbuka
       Yaitu ikan hidup yang diangkut dengan wadah atau tempat yang media airnya masih dapat berhubungan dengan udara bebas. Pengankutan system ini biasa digunakan untuk pengangkutan jarak dekat dan membutuhkan waktu yang tidak begitu lama. Terdapat kelebihan dan kekurangan dari system ini. Kelebihannya antara lain difusi oksigen melalui udara ke media air masih dapat berlangsung, dapat dilakukan penambahan oksigen melalui aerator, dan dapat dilakukan pergantian air sebagian selama perjalanan. Sementara kekurangannya dapat membahayakan ikan dan tidak dapat dilakukan untuk pengiriman menggunakan pesawat terbang. Sistem ini sangat cocok untuk pengiriman ikan ukuran konsumsi.


6.2. Pengemasan Ikan Sistem Tertutup
       Yaitu pengemasan ikan hidup yang dilakukan dengan tempat atau wadah tertutup, udara dari luar tidak dapat masuk kedalam media tersebut. Pengemasan dengan cara ini dapat dilakukan untuk pengangkutan jarak jauh. Seperti halnya dengan system terbuka, pengemasan system tertutup ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain media air tahan terhadap guncangan selama pengangkutan, dapat dilakukan untuk pengangkutan jarak jauh (dengan pesawat terbang), memudahkan penataan dalam pemanfaatan tempat selama pengangkutan. Sementara kekurangannya antara lain adalah media air tidak dapat bersentuhan dengan udara langsung (tidak ada difusi oksigen dari udara) sehingga tidak ada suplai oksigen tambahan, tidak dapat dilakukan pergantian air, dan memerlukan kecermatan dalam memperhitungkan kebutuhan oksigen dengan lama waktu perjalanan.

Pengangkutan Ikan Air Tawar
      Baik ukuran benih maupun ukuran konsumsi atau dalam kondisi mati segar atau kondisi hidup dapat dilakukan dengan pengangkutan melalui darat, laut dan udara. Pengangkutan ikan yang berjarak jauh lebih aik bila menggunakan jalur udara. Walaupun pesawat lebih mahal dari sarana angkutan lainnya, tetapi waktu perjalanannya lebih singkat. Hanya saja, pengangkutan ikan dengan pesawat lebih rumit dibandingkan dengan sarana transportasi darat dan laut karena harus memenuhi beberapa persyaratan, misalnya kelengkapan dokumen pengurusan dokumennya.
Dalam pengangkutan ikan hidup, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain;

• Jenis ikan, ukuran ikan, dan kepadatan ikan yang akan mempengaruhi sarana pengangkutan.
• Sistem kemasan, kemasan dapat menggunakan system tertutup atau terbuka.
• Jarak tempuh, jarak yang jauh perlu mempertimbangkan sarana transportasi dan system kemasan.
     Suhu harus dapat dipertahankan mendekati suhu normal karena peningkatan pada waktu pengangkutan dapat menyebabkan ikan stress. Untuk mempertahankan suhu, sebaiknya diberi pecahan es batu disekitar media kemasan dengan perkiraan 10% dari banyaknya air media angkutnya.
Mengangkut Ikan Hidup Dengan Sekam
     Ikan yang diangkut (biasanya ikan air tawar) disuruh berpuasa, mensucikan diri dalam bak air mengalir. Jadi biar mengeluarkan isi perut dulu sebanyak-banyaknya, sehingga kalau diangkut nanti tidak akan minta permisi untuk pergi ke belakang lagi di tengah jalan. Kalau tidak ada air mengalir, ya pakai air berhenti juga boleh, asal dialiri udara dengan aerator seperti yang biasa dipakai untuk memelihara ikan hias di akuarium itu, agar mereka tidak megap-megap karena sesak napas.
Ikan Dipingsankan
      Proses pengosongan perut/puasa sudah dimulai sehari sebelum keberangkatan rombongan. Esok harinya, pagi-pagi benar ikan-ikan yang sudah “suci” bersih itu disuruh pingsan, dengan jalan dimasukkan ke dalam air es. Jadi tidak akan meronta-ronta, menggelepar lagi sewaktu ditangani untuk persiapan pengangkutan.
     Sementara itu, disiapkan sekam padi yang sebelumnya juga sudah didinginkan dalam air es, dan ditiriskan air kelebihannya. Maksudnya agar suhunya bisa sama dinginnya dengan suhu ikan-ikan pingsan nanti. Jadi tidak akan menyerap dan menurunkan suhu dingin dari ikan-ikan yang sudah digarap.
Setelah bergelimpangan pingsan semua, ikan-ikan dibungkus satu per satu dengan kertas, agar insangnya tidak akan kemasukan sekam padi ketika mereka disusun dalam kotak yang berisi sekam.
     Kotak pengangkut ini terbuat dari seng nirkarat atau aluminium yang dinding gandanya diberi bahan penyekat. Jadi suhu dalam ruangan kotak dapat tahan lama dingin terus, selama diangkut. Kotak jadi bertugas sebagai semacan termos atau lemari es mini untuk mempertahankan temperatur yang diangkut agar tetap dingin.
     Bungkusan ikan disusun dalam kotak ini, yang dasarnya diberi selapis tebal sekam padi dingin lembap yang sudah selesai ditiriskan sebelumnya. Selesai disusun, deretan ikan dibekali hancuran es dalam kantung plastik kecil tapi banyak, agar suhunya tetap dingin. Semuanya kemudian ditimbuni selapis sekam padi dingin yang lembap lagi, sebelum ditumpuki deretan ikan bungkus bersama kantung es lagi. Begitu seterusnya, ikan disusun berselang-seling dengan lapisan tebal sekam padi.
     Selesai pengisian, kotak ditutup rapat dan dapat diangkut dengan kendaraan bermotor ke tempat pedagang ikan eceran. Dibanting-banting juga tidak akan mengganggu ikan hidup yang sudah dibuat setengah mati itu.
Tiba di tempat tujuan, ikan perlu dibangunkan, sebelum dapat dijajakan di pasar konsumen. Untuk itu perlu disediakan ember plastik berisi air segar yang dialiri udara dari aerator.
Pengaliran udara ini perlu, agar air senantiasa bergolak, dan menggoyang-goyang ikan tidur nyenyak supaya lekas siuman kembali. Baru sesudah tampak bugar, tidak loyo lagi, mereka dipindah ke ember lain berisi air biasa yang segar, untuk dipajang di gerai los pasar ikan.
     Cara ini lebih simpel kelihatannya daripada cara pengangkutan dengan air dalam tangki truk pengangkut, seperti yang sejauh ini sudah biasa dilakukan. Tetapi yang menyebalkan ialah, membungkus ikan pingsan itu satu per satu dalam lembaran kertas, kemudian menyusun bungkusan ikan selapis demi selapis dalam kotak berisi sekam. Dalam taraf eksperimen yang hanya menyangkut beberapa ekor ikan saja, cara itu boleh jadi tidak bermasalah.
     Tetapi kalau sudah berskala komersial, dan menyangkut beberapa puluh ekor ikan, berapa lama yang diperlukan untuk membungkus ikan itu satu per satu dengan kertas? Perlu tenaga kerja terampil yang tidak sedikit untuk mengemas ikan secepat-secepatnya jangan sampai waktu angkut jadi berkurang karena habis terpakai untuk bungkus-bungkus.
     Cara ini masih perlu percobaan dan pengembangan lebih lanjut, yang bertujuan mengefisienkan proses penanganan ikan hidup, sehingga kalau diterapkan besar-besaran dalam skala komersial, hasilnya masih oke.









BAB 7
MEDIA TRASPORTASI
     Media pengisi yang sering digunakan dalam pengemasan adalah serbuk gergaji, serutan kayu, serta kertas koran atau bahan karung goni. Namun penggunaan karung goni sudah tidak digunakan karena hasilnya kurang baik. Jenis serbuk gergaji atau serutan kayu yang digunakan tidak spesifik, tergantung bahan yang tersedia.Dari bahan pengisi yaitu sekam padi, serbuk gergaji, dan rumput laut , menururt Wibowo (1993) ternyata sekam padi dan serbuk gergaji merupakan bahan pengisi terbaik karena memiliki karakteristik, yaitu :
1. Berongga
2. Mempunyai kapasitas dingin yang memada
3. Tidak beracun, dan
4. Memberikan RH tinggi.

     Media serbuk gergaji memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis media lainnya. Keunggulan tersebut terutama pada suhu. Serbuk gergaji mampu mempertahankan suhu rendah lebih lama yaitu 9 jam tanpa bantuan es dan tanpa beban di dalamnya. Sedangkan rumput laut kurang efektif karena menimbulkan lendir dan bau basi selama digunakan












BAB 8
APLIKASI TRANSPORTASI
     Transportasi ikan hidup pada dasarnya adalah memaksa menempatkan ikan dalam suatu lingkungan baru yang berlainan dengan lingkungan asalnya dan disertai perubahan-perubahan   sifat   lingkungan   yang   sangat   mendadak   (Hidayah   1998).   Ada   dua   sistem transportasi yang digunakan untuk hasil perikanan hidup di lapangan. Sistem transportasi tersebut terdiri dari transportasi sistem basah dan transportasi sistem kering (Junianto 2003).
     Pada kesempatan kali ini, penyusun hanya akan membahas transportasi ikan secarakering. Menurut Achmadi (2005), transportasi ikan hidup tanpa media air (sistem kering)merupakan sistem pengangkutan ikan hidup dengan media pengangkutan bukan air. Padatransportasi ikan hidup tanpa media air, ikan dibuat dalam kondisi tenang atau aktivitasrespirasi dan metabolismenya rendah. Transportasi sistem kering ini biasanya menggunakanteknik pembiusan pada ikan atau ikan dipingsankan (imotilisasi) terlebih dahulu sebelumdikemas dalam media tanpa air (Suryaningrum et al. 2007). Pada transportasi ikan hidup sistem kering perlu dilakukan proses penenangan terlebihdahulu.
     Kondisi   ikan   yang   tenang   akan   mengurangi   stress,   mengurangi   kecepatanmetabolisme dan konsumsi oksigen. Pada kondisi ini tingkat kematian selama transportasi akan rendah sehingga memungkinkan jarak transportasi dapat lebih jauh dan kapasitas angkut dapat   ditingkatkan   lagi.   Metode   penanganan   ikan   hidup   dapat   dilakukan   dengan   cara menurunkan suhu air atau dapat juga menggunakan zat anestesi. Perlu diperhatikan bahwa ikan yang akan dipingsankan ini nantinya akan dikonsumsi, sehingga pemilihan metode imotilisasi harus memperhatikan aspek kesehatan (Nitibaskara et al. 2006). Syarat utama dalam pengangkutan ikan hidup adalah kesehatan ikan.  Ikan harus dalam keadaan sehat, tidak berpenyakit dan dalam kondisi prima. Ikan yang sehat dan bugarbiasanya   sangat   gesit,   aktif,   responsif   sesuai   dengan   karakter   masing-masing   ikan(Nitibaskara  et al.  2006). Menurut  Achmadi  (2005), ikan dalam keadaan hidup normal memiliki ciri-ciri reaktif terhadap rangsangan luar, keseimbangan dan kontraksi otot normal.Ikan yang kurang sehat atau lemah mempunyai daya tahan hidup yang rendah dan peluanguntuk mati selama pemingsanan dan pengangkutan lebih besar (Sufianto 2008).
Menurut   Achmadi   (2005),   ikan   hidup   yang   akan   dikirim   dipersyaratkan   dalamkeadaan sehat dan tidak cacat. Pemeriksaan kondisi kesehatan ikan selalu dilakukan untukmengurangi kemungkinan mortalitas yang tinggi, sedangkan adanya cacat seperti cacat sirip,mata, kulit rusak dan sebagainya dapat menurunkan harga.








BAB 9
PEMBONGKARAN
Pembongkaran  ikan dalam keadaan hidup merupakan salah satu mata rantai dalam usaha perikanan. Harga jual ikan, selain ditentukan oleh ukuran, juga ditentukan oleh kesegarannya. Oleh karena itu, kegagalan dalam pengangkutan ikan merupakan suatu kerugian. Pada prinsipnya, pengangkutan ikan hidup bertujuan untuk mempertahankan kehidupan ikan selama dalam pengangkutan sampai ke tempat tujuan. Pengangkutan dalam jarak dekat tidak membutuhkan perlakuan yang khusus. Akan tetapi pengangkutan dalam jarak jauh dan dalam waktu lama diperlukan perlakuan-perlakuan khusus untuk mempertahankan kelangsungan hidup ikan.
           




DAFTAR PUSTAKA
http://justnangeografi.blogspot.co.id/2012/05/transportasi.html
http://iwakcucut.blogspot.co.id/2012/11/transportasi-ikan.html
http://teknologipascapanen.blogspot.co.id/2012/02/transportasi-ikan-hidup.html
http://askaryunusumi.blogspot.co.id/2009/10/pengemasan-dan-penanganan-tranportasi.html
https://dokumen.tips/documents/transportasi-ikan-secara-kering.html
Efendi R (2013). Pengangkutan Ikan Hidup.

         Dr. Mala Nurilmala, S.Pi, M.Si Dept. of Aquatic Product Technolgy Bogor Agricultural University

CARA BUDIDAYA IKAN NILA MUDAH

Budidaya ikan nila merupakan sebuah budidaya yang sudah tidak asing lagi di negara kita Indonesia. Hampir diseluruh daerah pasti ada yang me...